Siapa di antara teman-teman yang suka menghadiri book launching? Nggak ada?? hiiihhh... sendirian dong eike... nebeng siapa niiiyyy *bersandar ke abang ojek
Awal dulu aku gemar mengkhayal dan berani menuliskannya ke larik-larik kalimat dan kemudian mengirimkannya ke media tertentu ya gegara bergabung dengan komunitas menulis. Aslinya memang diriku hobi membaca sejak kecil. Mulai dari Bobo, aneka karya Enid Blyton, dan novel-novel petualangan anak-anak dari Alfred Hitchcock. Serasa tenggelam ke lautan tak bertepi deh kalau sudah pegang bacaan tuh.
Jaman dulu belum terlalu marak tayangan televisi yang penuh dengan tokoh-tokoh heroik idola anak-anak seperti sekarang ini. Jadi pilihannya kalau enggak baca buku ya gaul dengan teman-teman. Gaulnya tentu saja tidak melalui sosmed donk yaaaa (sembunyiin uban). Dahulu para anak harapan bangsa bergaulnya lewat berbagai permainan daerah sesuai asal masing-masing.
Di kampung halamanku yang paling ngetop waktu itu benthik, umbul, engklek dan thung pet. Hahahaa.. nggak tau deh itu harus ku-translate macam mana, lebih asyik menyebut nama permainan secara asli saja. Nah kalau sudah lelah bermain dengan teman-teman, baru deh aku kembali lagi mencumbui koleksi buku-bukuku. Sepaket book worm yang gahol di jamannya kaaannnn... ;)
Membaca ya sekedar membaca saja sih waktu itu. Terbawa suka mengkhayal juga sebenarnya, namun tak pernah berusaha menuangkan khayalan itu ke dalam bentuk tulisan. Baru-baru ini saja sih berani menuangkan tulisan dan dikirim ke media.
Begitu saja munculnya keberanian menulis?
Tentu saja tidak. Khusus untukku pribadi, it took sooooo long sebelum akhirnya berani merealisasikan khayalan menjadi tulisan. Jujur saja itu tak akan terjadi tanpa dorongan semangat dari sahabat-sahabat di komunitas Ibu Ibu Doyan Nulis Semarang. Dari mereka lah tersulut panasnya hatiku, gelinya kupingku, dan gatalnya jemariku untuk mewujudkan rangkaian kalimat yang ingin kutulis. Setiap kali ada karya anggota komunitas yang terbit, rasanya gimanaaa gitu. Ya ikut bangga, ikut bahagia, tapi ikut mangkel karena aku kok tak kunjung bisa seperti si penulis itu.
Jaman dulu belum terlalu marak tayangan televisi yang penuh dengan tokoh-tokoh heroik idola anak-anak seperti sekarang ini. Jadi pilihannya kalau enggak baca buku ya gaul dengan teman-teman. Gaulnya tentu saja tidak melalui sosmed donk yaaaa (sembunyiin uban). Dahulu para anak harapan bangsa bergaulnya lewat berbagai permainan daerah sesuai asal masing-masing.
Di kampung halamanku yang paling ngetop waktu itu benthik, umbul, engklek dan thung pet. Hahahaa.. nggak tau deh itu harus ku-translate macam mana, lebih asyik menyebut nama permainan secara asli saja. Nah kalau sudah lelah bermain dengan teman-teman, baru deh aku kembali lagi mencumbui koleksi buku-bukuku. Sepaket book worm yang gahol di jamannya kaaannnn... ;)
Membaca ya sekedar membaca saja sih waktu itu. Terbawa suka mengkhayal juga sebenarnya, namun tak pernah berusaha menuangkan khayalan itu ke dalam bentuk tulisan. Baru-baru ini saja sih berani menuangkan tulisan dan dikirim ke media.
Begitu saja munculnya keberanian menulis?
Tentu saja tidak. Khusus untukku pribadi, it took sooooo long sebelum akhirnya berani merealisasikan khayalan menjadi tulisan. Jujur saja itu tak akan terjadi tanpa dorongan semangat dari sahabat-sahabat di komunitas Ibu Ibu Doyan Nulis Semarang. Dari mereka lah tersulut panasnya hatiku, gelinya kupingku, dan gatalnya jemariku untuk mewujudkan rangkaian kalimat yang ingin kutulis. Setiap kali ada karya anggota komunitas yang terbit, rasanya gimanaaa gitu. Ya ikut bangga, ikut bahagia, tapi ikut mangkel karena aku kok tak kunjung bisa seperti si penulis itu.
Saat menghadiri book launching karya Aan Diha, penulis dan editor handal dari Semarang |
Pengin nulis tuh sebenarnya nulis apa siiiyy... Asal tulis saja kah?
Semakin banyak membaca karya-karya yang ditulis oleh para sahabat, maka sedikit demi sedikit jadi paham tentang alur cerita dari sebuah buku. Apalagi bila buku tersebut dalam bentuk novel ya. Ada grafik konflik yang harus dikelola di dalam cerita agar tetap mematri perhatian dari pembacanya. Iyuuuhhh... ini dia yang sulit banget.
Tak sekedar menulis fiksi saja yang kuperhatikan. Berbagai buku non-fiksi juga kubaca agar belajar juga mensarikan wacana yang digelar di masing-masing buku. Berawal dari hobi mengikuti book launching dan kopdaran dengan para penulis, Alhamdulillah sudah ada beberapa buku antologi dimana ada karyaku di sana. Yah, baru sebatas antologi nih, doain dong teman biar bisa punya buku solo :) Pengin keren juga donk kayak neng cantik Dewi Rieka yang kondang kaunang sejagad kos dodol itu :)
foto sama penulis keren dulu laahh... Mba Aan, semoga aku bisa produktif kayak dirimu |
Iyaa sama antara bangga, ikut senang dan gregetan, kok sampe sekarang karyaku masih begini2 sajaaa
BalasHapuspengen bgt mak, bisa ikutan book launching, tp yah gitu deh banyak kendalanyaaa...
BalasHapusKereeeen bingit Maaaaak, hiks eyke sekarang jadi jarang baca bukuuuu. Emang kerasa banget sih keringnya. Nulis juga jadi miskin ide.
BalasHapusYes, terima kasih Mak sudah menginspirasi.
Mau ngumpulin tekad buat bacain buku yang udah berderet di rak.hehehe...
http://kataella.blogspot.com
Blog sederhanaku Mak, mohon bimbingannya...
aku pernah dateeng keacara book launching..
BalasHapussuka kagum, ko mereka bisa nulis eeaaa, aku enggaaa!!
hahhaaaa...
Suka banget datang ke acara launching buku.. bikin makin semangat nulis :)
BalasHapusayo mb..you can do it!
BalasHapusInsya Allah bisa publish buku sendiri ya...aamiin...
Semoga ketularan juga semangatnya Mba Aan. Hihiii
BalasHapusapalag dapet bukunya gratis aku makin semangat bacanya mbak :)
BalasHapusAyoo mba un, kapan nulis nofel fiksi jugaa. pasti kereen. apalagi aku dijadiin tokoh. *halagh
BalasHapus