karya Fita Chakra
Mima mulai tumbuh menjadi gadis cilik kesepian setelah bundanya meninggal saat Mima berusia 5 tahun. Ayahnya yang seorang guru jarang bisa menemani hari-harinya yang sepi, karena setelah pulang mengajar ayahnya kembali disibukkan oleh pekerjaan rangkapnya sebagai tukang reparasi alat-alat elektronik.
Suatu hari Mima mendapat undangan ulang tahun dari teman sekelasnya,
Tara, dimana syarat untuk menghadiri pesta ulang tahun tersebut adalah
harus mengenakan baju yang unik dan membawa makanan kesukaan
masing-masing untuk ditukarkan atau dicicipi oleh teman-teman yang lain.
Syarat ini sangat meresahkan Mima. Dia tak mampu membeli gaun yang
mahal, ayahnya tak punya cukup uang untuk itu. Mima sangat tidak tega
untuk meminta ayahnya membelikan gaun. Yang kedua, makanan kesukaannya
adalah wortel. Gara-gara makanan kesukaan ini Mima pernah ditertawakan
teman-temannya dan diejek seperti kelinci karena menyukai wortel.
Saat secara tak sengaja dia menelusuri gudang rumahnya, dia menemukan
buku ungu, buku harian bundanya. Ketika dibuka, dari dalam buku itu
keluarlah seorang gadis kecil seusianya, kulitnya kuning langsat,
rambutnya berombak pendek, mengenakan sepatu seperti sepatu balet dan
ada mahkota kecil di kepalanya. Gadis kecil ini adalah Putri Jenna,
putri dari Negeri Mimpi, yang tidak sengaja terjebak dalam buku harian
milik bunda Mima, dan seterusnya terperangkap di situ karena buku harian
itu tak pernah dibuka lagi sejak bunda Mima meninggal dunia.
Pada pesta ulang tahun itu, berbagai kejutan diperoleh Mima. Gaun
buatannya terpilih menjadi salah satu gaun terunik. Dan tentu saja kue
kreatif buatan tantenya, Kue Wortel Keju yang sangat lezat itu menjadi
makanan yang paling disukai di acara tersebut. Teman-teman yang dulu
mentertawakan makanan favorit Mima pun ikut mengacungkan jempol untuk
kue lezatnya ini.
Banyak hal yang akhirnya dimengerti oleh Mima. Melalui mimpi yang
dialaminya, saat bundanya datang dan memberikannya keyakinan bahwa Mima
tak harus malu dengan dirinya sendiri, tak harus berpura-pura untuk
menyukai sesuatu yang sebenarnya ia tak suka. Juga pertemanannya dengan
Putri Jenna yang baik hati serta Andin yang pernah ditolongnya saat
kesusahan, maka Mima pun mengerti akan satu hal. Menjadi seorang putri
tak perlu baju yang mahal, kulit yang putih, atau hidung yang mancung.
Yang lebih penting adalah hati yang cantik, senyum tulus tidak
dibuat-buat, dan tidak malu mengatakan apa yang disukai meskipun orang
lain tidak menyukainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar