This article was awarded as Favourite Winner, you could trace it here
Saat anak-anak memasuki masa liburan sekolah merupakan masa-masa yang sama mencemaskannya dengan saat mereka akan menjalani tes kenaikan kelas. Bila dalam persiapan tes kenaikan, aku sebagai ibu sekaligus mentor dadakan harus ekstra konsentrasi membimbing kesiapan penguasaan materi sekolah. Selalu harap-harap cemas, nanti apakah anakku bisa mengerjakan tes dengan benar atau tidak. Nanti saat hitungan matematika dia ingat yang tadi diajarkan atau tidak. Pada pelajaran PPKN apakah anakku bisa mengartikan pertanyaan yang sering berbelit-belit atau tidak. Ya, sejuta kekhawatiran yang terus menyelimuti pikiran, yang ternyata selama ini hanyalah 'paranoid temporer' jelang tes sekolah.
Si sulung yang baru saja sukses membuktikan kemampuan belajarnya dalam tes kenaikan kelas, telah membuatku lega. Sama persis dengan tes-tes yang dia jalani di kelas I dan kelas II SD yang lalu, saat ini sulungku dari kelas III naik ke kelas IV dengan hasil yang sangat memuaskan. Tentu saja aku bahagia luar biasa. Meskipun tidak mematok hasil tertentu, bila anak berprestasi tentu orang tua bangga juga kan?
Nah, saat mencemaskan berikutnya telah tiba. Loh, kok malah cemas, bagaimana pula ya itu maksudnya? Ananda tersayang sukses tes kenaikan kelas kok malah disambut kecemasan. Dimanakah letak kecemasan tersebut bersumber?
Nah, saat mencemaskan berikutnya telah tiba. Loh, kok malah cemas, bagaimana pula ya itu maksudnya? Ananda tersayang sukses tes kenaikan kelas kok malah disambut kecemasan. Dimanakah letak kecemasan tersebut bersumber?