Kedatangan bulan Ramadhan selalu saja dinanti-nantikan. Bulan penuh ampunan dan penuh rahmad yang bisa kita gunakan untuk berlomba-lomba menabung pahala. Tiada bulan yang lebih dinantikan oleh muslim selain bulan yang menjanjikan Lailatul Qadar ini.
Berbagai aktivitas harian pun diagendakan untuk mendukung target Ramadhan kita. Beribadah dan beramal sebanyak-banyaknya. Meskipun di luar bulan Ramadhan pun harus melakukan hal yang sama, namun rasanya memang jauh luar biasa saat melaksanakan berbagai amal ibadah di bulan istimewa ini.
Ada satu pengalaman di bulan Ramadhan yang cukup memalukan untuk dikenang meskipun tetap dapat dipetik pembelajaran dari kejadian tersebut. Pengalamanku ini terjadi belasan tahun yang lalu, saat diriku masih aktif 'kelayapan' kesana kemari :)
journey of souls, pic by credit |
Pada tahun 1994 (oh noooo....ketauan jadulnya) organisasi pencinta alam yang kuikuti melaksanakan program yang telah dirancang tahun-tahun sebelumnya, yaitu ekspedisi putri untuk pertama kalinya.Namanya juga ekspedisi putri, pastinya cewek-cewek semua yang jadi atlitnya. Pas di tahun itu aku sudah menjadi anggota dan memiliki kesempatan untuk mengikuti seleksi atlit tim yang akan melakukan ekspedisi ke Gunung Kerinci, plus penelitian di Taman Nasional Kerinci-Seblat, Jambi.
Yang paling membuat teringat-ingat hingga sekarang, berbagai aktivitas fisik seleksi maupun try out ekspedisi ini terlaksana saat bulan Ramadhan. Latihan fisik tetap on schedule mengingat tanggal ekspedisi telah ditetapkan, yaitu beberapa minggu setelah Lebaran. Setelah terpilih 6 orang untuk menjadi tim ekspedisi, kami digodok habis-habisan oleh para pelatih, ya mas-mas senior kami sendiri. Tanpa sedikit pun ada kelonggaran alias dispensasi karena sedang berpuasa, kami dihajar latihan rutin setiap sore menjelang buka puasa. Alhamdulillah, dari 6 orang anggota tim, 5 orang yang muslim masih tetap kuat hingga saat berbuka puasa tiba.
Selain latihan fisik dan lari mengitari stadion olah raga 5 kali putaran setiap hari, kami pun dituntut untuk memiliki kemampuan pengenalan medan. Maka dilaksanakanlah try out ekspedisi, kami dibekali peta Gunung Ungaran. Bukan lewat jalur normal pendakian yang akan kami jalani. Start dari Gonoharjo kami naik ke kebun teh Medini dan dari sanalah perjalanan 'berdarah-darah' kami dimulai menuju puncak Gunung Ungaran. Trainer kami hanya memberi bekal peta dengan titik-titik tujuan yang telah ditentukannya. Kami harus mengikuti titik itu dan membuat jalur pendakian mandiri untuk mencapainya.
Okelah c'mon, kami pun semangat 45 melakukan try out ini meski dalam kondisi berpuasa. Semula sih masih fine fine saja, meskipun kepanasan dan haus luar biasa kami masih tabah. Cobaan datang mendera saat salah satu anggota tim yang non muslim mulai mengeluarkan veldples (botol minum) dan menyatakan menyerah, tidak sanggup mengikuti ketabahan kami yang sedang berpuasa. Hmm... mulai deh cleguk cleguk nih leher. Aishhh... singkirkan pikiran buruk itu. Ayo ayo, kami pasti bisa, begitulah kami berlima yang muslim saling menyemangati.
Perjalanan pun berlanjut, makin siang makin panas lah cuacanya. Sinar matahari yang sangat terik serasa membakar ubun-ubun. Seorang kawan yang wajahnya mulai memucat mulai memandang dengan wajah penuh kegalauan :) Sembari duduk 'ndlosor' ekspresinya bagaikan ikan hidup yang diletakkan di atas piring, menggelepar mendambakan kehidupan :D. Berat sekali memang yang harus kami jalani. Sebenarnya seluruh anggota tim sudah bersiap untuk menyerah, namun masing-masing tetap jaga wibawa. Nah masalahnya sekarang sudah ada satu orang yang siap 'mengibarkan bendera putih'. Bukan godaan lagi ini namanya, namun ditemukannya seorang kambing hitam atas kegagalan kami berpuasa hari itu. Yeayyy... kami slamdunk rame-rame tuh si kambing hitam dan menumpahkan segala kesalahan padanya atas apa yang terjadi hari itu ;)
Itulah sekilas cerita Ramadhan yang tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Sudah tau puasa malah tetap menjalankan program yang mengandalkan kekuatan fisik. Sebagai bahan pertimbangan saja untuk organisasi apa pun, tolong perhatikan kesesuaian pelaksanaan pelatihan fisik dengan kondisi yang saat itu menyertai. Puasa itu sih sudah biasa, seorang muslim berpuasa tidak minta untuk diistimewakan. Namun tidak berarti pula melakukan aktivitas fisik tanpa memperhatikan logika kekuatan tubuh seorang manusia. Errrr...kami yang dulu 'terkoyak' ibadah Ramadhannya kan bukan Rambo, yang bisa menjelajahi seluruh area gunung dan hutan tanpa jaket dan logistik secuil pun ;)
petualang gunung hutan, pic by credit |
Okelah c'mon, kami pun semangat 45 melakukan try out ini meski dalam kondisi berpuasa. Semula sih masih fine fine saja, meskipun kepanasan dan haus luar biasa kami masih tabah. Cobaan datang mendera saat salah satu anggota tim yang non muslim mulai mengeluarkan veldples (botol minum) dan menyatakan menyerah, tidak sanggup mengikuti ketabahan kami yang sedang berpuasa. Hmm... mulai deh cleguk cleguk nih leher. Aishhh... singkirkan pikiran buruk itu. Ayo ayo, kami pasti bisa, begitulah kami berlima yang muslim saling menyemangati.
Perjalanan pun berlanjut, makin siang makin panas lah cuacanya. Sinar matahari yang sangat terik serasa membakar ubun-ubun. Seorang kawan yang wajahnya mulai memucat mulai memandang dengan wajah penuh kegalauan :) Sembari duduk 'ndlosor' ekspresinya bagaikan ikan hidup yang diletakkan di atas piring, menggelepar mendambakan kehidupan :D. Berat sekali memang yang harus kami jalani. Sebenarnya seluruh anggota tim sudah bersiap untuk menyerah, namun masing-masing tetap jaga wibawa. Nah masalahnya sekarang sudah ada satu orang yang siap 'mengibarkan bendera putih'. Bukan godaan lagi ini namanya, namun ditemukannya seorang kambing hitam atas kegagalan kami berpuasa hari itu. Yeayyy... kami slamdunk rame-rame tuh si kambing hitam dan menumpahkan segala kesalahan padanya atas apa yang terjadi hari itu ;)
Itulah sekilas cerita Ramadhan yang tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Sudah tau puasa malah tetap menjalankan program yang mengandalkan kekuatan fisik. Sebagai bahan pertimbangan saja untuk organisasi apa pun, tolong perhatikan kesesuaian pelaksanaan pelatihan fisik dengan kondisi yang saat itu menyertai. Puasa itu sih sudah biasa, seorang muslim berpuasa tidak minta untuk diistimewakan. Namun tidak berarti pula melakukan aktivitas fisik tanpa memperhatikan logika kekuatan tubuh seorang manusia. Errrr...kami yang dulu 'terkoyak' ibadah Ramadhannya kan bukan Rambo, yang bisa menjelajahi seluruh area gunung dan hutan tanpa jaket dan logistik secuil pun ;)
Mari jadikan Ramadhan yang kita jalani saat ini sebagai sebaik-baiknya waktu untuk makin mendekatkan diri kepada-Nya. Kedekatan pada Illahi Robbi yang seutuhnya, bukan sekadar ibadah yang penuh permintaan dispensasi seperti cerita di atas. Memangnya mau indahnya kehidupan dan pahala atas ibadah kita juga kena dispensasi ? Na'udzubillahi min dzalik....
Tulisan
ini diikutsertakan untuk GA dalam rangka Ramadhan Giveaway dipersembahkan oleh Zaira Al ameera, Thamrin City blok E7 No. 23 Jakarta
Pusat
Uwooo.. super sekali ternyata.. saya juga pernah ikut pecinta alam pas SMA, tapi belum kesampaian naik gunung gegara gak boleh sama si ibuk, hikz
BalasHapushehehee.. aku dulu juga gak boleh sama bapakku, tapi tetep nekad berangkat :D
BalasHapusterima kasih atas partisipasinya ya Mbak, wah salut deh walaupun terkoyak tetep aja saya salut atas keberanian untuk ikut 'naik gunung'. kalau saya walaupun nggak puasa, nggak berani deh. hehe
BalasHapussebenarnya puasa tidak menghalangi kegiatan apapun juga...tapi mungkin karena godaan yang begitu hebat..hingga ramadhan meninggalkan kenangan yang penuh sobekan...selamat berlomba ..semoga menjadi salah satu yang terbaik....salam :-)
BalasHapusKarryna : sama2 ya... terima kasih sdh diberi kesempatan utk menumpahkan kisah masa lalu yg mengharu biru hihihiii...
BalasHapusPak Hariyanto : itulah klo lagi abg alay pak, apa2 kurang pemikiran. setua sekarang baru bisa nyesel ;)
woalah, semangat patlimaenam ya ini ceritanya walaupun lagi puasa. keren! dari dulu ingin naik gunung tapi ndak dikasih ijin :\
BalasHapuswah dulu aku ikut malah pas SD mbk itu jg sama abah diajak berburu
BalasHapusAnggi : iya nih, jupanlanluh semangatnya :)
BalasHapusMak Hana : jaman SD aku anak yg kalem mak hihiiii...
Pencinta alam pulaaa..keren euy, kalau disamakan dengan berdesak-desakan cari baju lebaran di Tanah Abang? hehee
BalasHapusSalam
Astin
nah itu dia mb Astin, klo beli baju lebarannya utk kulakan ya lebih barokah mba... ibadah kan itu ;)
BalasHapusHeeii keren nih ceritanya Mbak..semoga sukses GA yaa...
BalasHapusKalo Dija masih belom puasa Tante...
BalasHapusDija kan anak playgroup, hihihihihi
MasyaAllah mba... apapun rintangnnya, naik gunung harus tetap jadi ya... hehehe
BalasHapusterakhir itu ikutan pecinta alam saat SMA ;D
BalasHapuswow.. belum tentu aku bisa ikutan naik gunung :D
mb Lies : suwun mbakyu, sukses juga untukmu
BalasHapusDija : sini gak usah puasa, ikut masuk ke ransel tante aja ya, takjak naek gunung *kayak masih kuat ajah :D
Santi Dewi : itu cerita lalu, jgn ditiru ya ;)
mb Sari : kebetulan soul pengin ikutan PAnya pas kuliah mba, jaman SMA malah belum tertarik
Wah kalau aku menghindar terus dari panas heheheee... kecuali tujuannya untuk keluyuran gak jelas. Aku suka keluyuran dari kota ke kota. Akhirnya pernah sampai puncak Menoreh juga lo, tp nggak gaya pecinta alam gitu, biasa aja, niatnya smp sana keluyuran juga sih hehehee
BalasHapusBiyen munggah gunung saiki kok kemayu yo *kaboooor
BalasHapusLusi : maunya ya menghindardari panas, apa daya...
BalasHapusmb Esti : lho... munggah gununge yo kemayu koq :D
wah hebat tuh mbak... bisa tetap kuat puasa dengan gemblengan fisik spt itu. Aku ngebayangin aja udah capek... hahaha
BalasHapusGudlak ya mbak utk kontesnya :D
mb Reni : kepekso mba ;) gudlak jg buat mb Reni
BalasHapusSalam kenal mbak uniek, keren deh naik gunung pas lagi puasa... salut mbak :)
BalasHapussaya pengeeeen banget naik gunung, tapi gak dibolehin Mama >,<
BalasHapusmogaaa jadi nikah sama pacar yg sekarang, biar bisa honeymoon di gunung. kan dia anak gunung, eh anak ortunya :p
#jadicurcol
Wina : salam kenal juga yaa... duh kerennya apanya, itu nyatanya malah jadi batal puasanya hehehee....
BalasHapusArtha : iya, kudoakan tetap langgeng dg Li (klo tdk salah itu ya nama yg sering kausebut). klo utk honeymoon paling top ke Semeru dear, gak usah sampai puncak, nge-camp di Ranu Kumbolo will be heaven for both of you :)
Saya tidak bisa membayangkan naik gunun sambil puasa. Kalau saya sendiri pasti dari awal sudah memutuskan untuk tidak puasa.Bukankan kita masih bisa membayar puasa kita pada hari yang lain. Memang sih tidak ideal puasa kita,alias "gothang". Dalam beragama sesungguhnya tidak ada kesulitan. Selalu ada pintu yang memberi kemudahan. Salam
BalasHapusbenar sekali papa Adel, yg tidak ideal itu sudah tau puasa malah 'gembuyakan' hehheee.. thks for yr comment :)
BalasHapusSiip banget dirimu mbak. Tetep puasa walau gemblengannya ajegile. Sukses ngontesnya mbak
BalasHapus