Siapa sih yang hingga kini belum kenal internet? Tak melulu akses melalui personal computer maupun notebook, kini koneksi internet telah mewabah secara heboh melalui berbagai jalur. Tak perlu tanam modem lagi, kini berbagai produk telepon selular telah didukung oleh teknologi canggih yang mampu menghubungkan penggunanya ke dunia maya. Saat itu juga, simpel dan dunia pun sudah dalam satu genggaman.
Benarkah bila dikatakan penggunaan internet ini hanya untuk para pebisnis maupun kaum eksekutif muda saja? Remaja gaul maupun para ABG tanggung pemuja sosial media? Memang merekalah yang mendominasi bandwidth. Namun di balik semua yang kasat mata itu ada satu yang tak bisa dipandang sebelah mata.
Para manajer rumah tangga alias emak-emak pun kini tak sedikit yang telah melek internet. Aneka rupa pengetahuan seputar urusan rumah tangga tak lagi melulu menjadi ranah buku panduan setebal ganjel pintu. Melalui koneksi internet yang kini bisa didapat semudah membalikkan telapak tangan, para emak telah menemukan jendela dunia yang baru.
Berbagai situs web berisi konten-konten penuh manfaat dapat diakses setiap saat. Butuh resep ala chef, tinggal klik di mesin pencari. Voila… emak pun dalam waktu yang singkat bisa menyajikan masakan istimewa untuk keluarga. Saat anak sakit dan tak kunjung sembuh meski sudah berulang kali ke dokter, emak pun bisa segera mencari second opinion setelah browsing sana-sini seputar permasalahan kesehatan yang dihadapinya.
Begitu juga saat pusing tujuh keliling menghadapi rengekan si kecil yang mendapat tugas prakarya maha sulit, emak tinggal klik dan mencari situs yang menampilkan step by step pembuatan hasta karya maupun produk-produk DIY (do it yourself). Bahkan sekedar membeli buku kegemaran emak sekalipun, koneksi internet ini akan mengantarkan emak ke berbagai toko buku online yang harga diskonnya bersaing.
Nah, saat ada yang bilang ‘bermain’ internet itu banyak efek sampingnya, setujukah kita pada pendapat tersebut? Jangan sekedar menjawab setuju ataupun tidak setuju. Lebih baik kita timbang-timbang lagi, sudah maksimalkah kita memanfaatkan kemudahan yang kini telah kita genggam ini. Apakah internet ini hanya dipakai untuk chatting ngerumpi tidak jelas, ataukah dimampatkan manfaatnya untuk mendulang rejeki? Semuanya kembali pada diri kita sendiri.
Saling mendukung terhadap penggunaan internet secara sehat memang perlu. Bila merasa kontrol diri masih lemah, carilah komunitas yang bisa memberikan dukungan maksimal untuk hal tersebut. Salah satu komunitas yang ikut andil menumbuhkan keberanian para emak untuk membuka diri lewat dunia blogging adalah Kumpulan Emak Blogger (KEB). Melalui aktivitas blogging ini diharapkan para emak tak sekedar mencari informasi maupun pengetahuan yang dibutuhkannya saja. Lebih jauh lagi KEB mendorong para anggotanya untuk berani menuliskan pengetahuan yang dimiliki oleh emak, menyebarkannya dengan kemasan bahasa khas masing-masing emak penulisnya.
Tidak sedikit anggota KEB yang mendulang prestasi dalam memanfaatkan waktu dan koneksi internet ini. Berbagai kontes blog berhadiah jutaan rupiah maupun merchandise berharga bisa diraih. Prestasi mengagumkan dari para emak yang selama ini berada di balik layar. Para emak yang memiliki bisnis pribadi pun makin terasah kemampuan promosinya dengan bertambahnya relasi di dalam komunitas.
So, masih bisa bilang kalau melek internet itu identik dengan mudharat? Please think again.