Seringkah kita melihat persaingan antar murid di kelas kita? Atau persaingan merebutkan kekasih di antara dua sahabat? Bahkan usaha merebut perhatian orang tua agar lebih sayang kepada kita dibandingkan dengan kakak dan adik.
Persaingan cinta orang tua? Ada loooohh... Meskipun bersaudara dan saling menyayangi, tak jarang ada seorang adik yang pura-pura menangis agar kakaknya dimarahi oleh ayah ibunya. Sang kakak pun kemudian merasa bahwa adiknya ini adalah pesaing dalam memperebutkan kasih sayang orang tuanya.
Sepadankah hasil yang kita dapat dengan usaha dan perjuangan yang telah kita lakukan dalam menaklukkan persaingan itu?
sumber gambar : ruriresmawati |
Nah, aku punya 2 kasus nih yang bisa menjadi ilustrasi tentang persaingan.
CASE 1.
Aku lagi kesengsem berat sama cowok cakep. Ngincer banget nih biar bisa jadian dengan dia. Eh ternyata si cowok justru memilih sahabatku yang menurutku cantik enggak pintar pun enggak. Panas gak seeehh....
Lantas siapa sebenarnya musuh yang kuhadapi saat itu?
CASE 2.
Ada lomba story telling dan teman-teman memintaku untuk ikutan. Emang sih sudah ikut les Bahasa Inggris, tapi menurutku aku belum mampu. Gila aja ntar kalau diketawain sama semua hadirin yang sedang menonton. Malu kaaannn....
Jadi, siapa yang sebenarnya menjadi rival utamaku?
Aku adalah musuhku. Aku dengan segala kecemburuan, kedengkian, ketidakikhlasan dan banyak atribut 'mempesona' lainnya yang membuat nuraniku menjadi padam. Tak bisa melihat segi positif dari hal-hal yang terjadi tidak sesuai keinginan.
Aku adalah musuhku. Sudah lancang memberikan penilaian bahwa aku tak akan mampu ikutan lomba story telling. Mendahulukan rasa malu yang sebenarnya tidak pada tempatnya.
Cukup kompleks kan ya masalah ini. Di suatu waktu, aku tidak terima saat sahabatku 'lebih unggul' dalam hal percintaan. Di saat yang lain, saat ada kesempatan untuk menjadi unggul, malah diriku sendiri yang sudah memutuskan untuk kalah sebelum bertanding.
Bukan orang lain sebenarnya yang menjadi rival kita. Ketakutan seringkali menjadi lawan terburuk kita. Takut disaingi sahabat, takut dianggap kalah dalam percintaan, takut ditertawakan oleh orang lain. Banyak lagi ketakutan yang sebenarnya hanyalah bayang-bayang kita sendiri.
bener juga ya, kita (aku) harus bisa mengalahkan rival terberat yaitu diri sendiri
BalasHapusMak Uniek, tulisannya makjleb banget! Thanks for share, ijin share ke ponakanku yg sdg krisis kepercayaan diri, Mak. :)
BalasHapusSetuju banget mbak. :D
BalasHapusSemoga mbaknya bisa menang yah? hihiih... :D