"Woalah... sudah besar kok nggak bisa apa-apa.""Tuh, membersihkan kamar sendiri saja nggak bisa, padahal sudah kuliah.""Cuma ngrebus air saja nggak bisa?"
Hai, hello sahabat blogger semua. Pernahkah mendengar komentar maupun pertanyaan di atas? Ucapan sehari-hari super ringan dan mudah terucap, tapi sepertinya kalau yang kena kita sendiri rasanya gimanaaaa gitu.
Beda lagi nih pertanyaan yang pernah terlontar kepadaku dalam beberapa kesempatan. Muatannya berbeda tapi kurang lebihnya dalam 'memukul' perasaan juga agak lumayan nih.
"Apa ya nggak kasihan to jeng, anak kecil kok disuruh nyapu?""Mbok ya jangan kebangeten, anak sendiri malah disuruh nyuci piring.""Apa, membersihkan kamarnya sendiri? Anakmu kan masih kelas 3 SD. Anakku yang sudah SMP aja kamarnya aku yang bersihin kok."
Dalam keseharian, memang aku sering
meminta putri sulungku untuk mengerjakan aneka tugas rumah tangga yang
sekiranya mampu dia kerjakan.
Waktu masih balita, aku melatihnya untuk mengembalikan aneka mainan yang tadi digunakannya. Ya sebisanya saja sih, tidak harus rapi-rapi banget. Paling tidak, sejak awal putriku tau bahwa mainan yang berantakan itu nantinya harus dibereskan. Toh nantinya tetap ibunya kan yang harus membereskan dengan tuntas ;)
Begitu juga setelah agak besar dan secara motorik gerakannya sudah stabil. Mencuci piringnya sendiri setiap habis makan pun telah dikerjakannya, meskipun tetap harus selalu diingatkan sambil sesekali diminta untuk mencucikan piring milik adiknya. Menyapu dan mengepel pun bisa dilakukannya, meskipun lantainya tidak jadi bersih, malah belepotan di sana sini :) Tak apalah, yang penting dia belajar dan 'mendapatkan sesuatu' saat melakukan aktivitas ini.
Demi apa coba sampai harus 'kejam' begitu kepada anak? Tak sayangkah ibu padamu, Nak?
Orang tua mana coba yang tidak sayang pada anaknya. Mustahil banget kan ada orang tua yang normal-normal saja namun tidak sayang kepada anaknya. Bahkan ada yang saking sayangnya, apapun dikerjakan oleh orang tuanya asalkan anaknya bahagia. Tidak ada yang salah dengan itu semua. Ya paling-paling nantinya mendapat komentar ataupun pertanyaan seperti tulisan awal di postingan ini. Nggak pa-pa kan kalau kejadiannya begitu?
Secara pribadi sih menurutku justru kasihan anak yang nantinya tidak bisa apa-apa. Itu kalau kata orang Jawa welas tanpa alis. Welas asih kang tembe mburine marai kapitunan. Bila diterjemahkan secara bebas kurang lebihnya memiliki arti sayang berlebihan yang justru bisa mencelakakan.
Dalam prakteknya, welas tanpa alis berlawanan dengan apa yang telah kucontohkan tadi. Dengan maksud tak ingin nantinya putriku tak bisa apa-apa, secara bertahap aku mengajarinya berbagai pekerjaan rumah tangga. Bukan untuk membantu ibunya, tetapi justru untuk membantu dirinya sendiri agar siap menjadi lebih berpengalaman dan mandiri. Apalagi ibunya sehari-harinya berada di luar rumah, manalah bisa hanya mengandalkan ART maupun famili yang lain untuk membantu putriku terus menerus.
Welas tanpa alis juga terlihat saat orang tua menuruti segala permintaan anaknya tanpa menghiraukan dampaknya. Iya sih mana ada orang tua yang tidak bahagia saat putra-putrinya bahagia. Namun dalam kadar yang berlebihan, anak yang terus menerus dituruti permintaannya tanpa perlu melakukan kewajiban-kewajiban kecil di dalam rumah, bisa-bisa nanti saat beranjak remaja atau dewasa bisa menjadi keras kepala, segala kemauan harus dituruti. Lebih parahnya nanti si anak tidak bisa bekerja sama dan berkompromi dengan orang lain karena terbiasa selalu mendapatkan apapun yang diinginkannya. Semoga tidak ada anak-anak kita yang demikian ya, Sahabat Blogger.
Dalam keseharian yang lain, welas tanpa alis ini bisa juga kita lihat pada anak yang orang tuanya over protective. Keamanan buah hati tentu saja menjadi tanggung jawab orang tua. 100%. Penanaman percaya diri kepada anak perlu dilakukan secara proporsional. Ada masa dimana anak memang harus bisa melakukan sesuatu sendiri. Jangan sampai anak kita itu nantinya kurang mandiri atau bahkan menjadi penakut gara-gara apa-apa tidak diperbolehkan.
Gampang-gampang susah kan ya menjadi orang tua itu. Sayang berlebihan dibilang over protective. Tegas pada anak dibilang tak sayang ;)
Jadi bagaimana, Putriku Sayang, menurutmu tak sayangkah ibu padamu, Nak?
Bener mak setuju... Kita mempekerjakan mereka justru agar Mereka terlatih kelak.
BalasHapustulisan mengalir indah dan dalam, tanpa menggurui...kereen mak gutlak
BalasHapusOh jadi ini rahasianya kak vivi bisa jd pinter bgt ...sip...sip...
BalasHapusGutlak ngontesnya mbakyu ^-^
Setuju mak ^^d masing-masing ibu tentu punya cara yang 'unik' mendidik anaknya agar mandiri dan tak manja.
BalasHapusYah gampang-gampang susah juga jadinya ya... Tapi dengan cara apapun cinta itu akan dirasakan si anak jika kita bisa menampakkan penghargaan dan sayang.
setuju mak, anak harus diajari mengerjakan pekerjaan rumah tangga, sesuai tingkatan umurnya, setelah dewasa pasti mereka merasakan manfaatnya , seperti saya baru terasa apa yang diajarkan ibu padahal dulu ngedumel hehe
BalasHapusiya mak, moga2 nanti pada waktunya Vivi bersyukur pernah diajari ibunya macam2 hal
HapusKak Vivi emang TOP deh, sampe disuruh momong anaknya temen ibu aja mau ya hihihi
BalasHapuswah seru ya mbak jadi orang tua bisa praktekin ilmu itu hehe, semoga anak-anaknya sukses sellau mba uniek dan jadi anak yang sholeh sholehah aamiin
BalasHapuswah seru ya mbak jadi orang tua bisa praktekin ilmu itu hehe, semoga anak-anaknya sukses sellau mba uniek dan jadi anak yang sholeh sholehah aamiin
BalasHapusada yg bilang, mendisiplinkan anak memang harus tega, tapi itu memang utk kebaikan si anak skrg dan kelak. good luck mak..
BalasHapusNak, ibu sayang padamu... :D
BalasHapusHehehe... anakku yg cowo aja aku minta bantu cuci piring. Kebangetan klo kata org. Bagaimana menurutmu mak?
BalasHapusBiasa aja tuh. Lah kalo punyae anak cowok apa ya mau minta bantu cuci piring anak tetangga yg cewek. Lak malah diamuk wong tuwane hehehee...
Hapusaku padamu mak,,eh,,aku setuju dg mu mak,,mngajarkan anak dg pekerjaan rumah bukan brrti tdk sayang,,tp justru krn kita sayang,,he he,,
BalasHapussetujuu mbak.. wah baru dengar ttg pepatah welas tanpa alis itu.. suka bgt tulisan ini.. :)
BalasHapusSaya jadi inget ... Hidupku hampa tanpamu ...
BalasHapus:)
Salam saya mbak
(11/9 : 1)
Duh, ini penggalan chapter yang mana ya Om?
HapusObrolan senja bersama uztadh azzet dan lanting di joglo abang.
HapusPutrinya nilpon dari Semarang ...
Subhanallah, Om Nh masih inget saja. Hihihii.. iya ya om, kalau dipikir-pikir tuh ibunya galak kok ya dikangeni sampe segitunya :)
HapusUntungnya dulu Fenny dibolehin juga bantu-bantu neski ujubgnya berantakan *tetep
BalasHapussetuju mak....semua orang tua memang sayang pada anaknya, tapi jangan sampai rasa sayang itu disalahartikan dengan memanjakannya...mau begini tidak boleh, mau begitu takut kenapa-kenapa.....setidaknya kita harus bisa mengajarkan anak mandiri.....
BalasHapussemoga berjaya...
BalasHapusIh keren Mak ... saya setuju .. justru karena sayangnya kita maka anak harus diajar bisa mengerjakan hal2 tsb, Toh kelak kalo kita sudah tak ada, siapa yang mau melakukan untuknya kalau bukan dia sendiri? Aih jangan jauh2 kalo kelak sekolahnya di lain kota atau lain negara ya gimana ya ....
BalasHapusSukses ya Mak :)
Mbak, kulo tangganipun panjenengan ... *hisY
BalasHapusharus dari kecil diajarkan ya mak
BalasHapusWeh, simboke ayu temen yooooo !
BalasHapusAnakku kadang minta untuk bantu cuci piring, padahal masih TK, walaupun saya tau nantinya akan dicuci ulang dan pastinya nambahi kerjaan emaknya, tapi memang gak ada salahnya memulai pembelajaran dari situ ya Mak :)
BalasHapusanak saya laki semua. cita2 ibunya dr dulu punya anak laki perempuan yg terampil dg pekerjaan di rumah. biar kl dewasa nanti yg laki nggak merepotkan istrinya dan yg perempuan nggak diomeli suaminya. tapi...so far not so good yet. mohon doanya ya mbak.
BalasHapussaya gak sayang nih sama anak... sering disuruh ngepel sama nyapu, cuci piring apalagi... emaknya asyik di depan laptop hehehehe
BalasHapusjustru karena sayang bila seorang anak dikenalkan pada pekerjaan sejak belia agar kelak ia bisa survive tanpa kita, karena bagaimanapun kita menyayanginya, tak mungkin kita ada disisinya selamanya.
BalasHapusIbu memang sosok yang nomor satu bagi saya, terima kasih artikelnya. :)
BalasHapusIbu tidak bisa di gantikan oleh siapapun. :)
BalasHapus