Seberapa penting mempersiapkan pensiun? Selama ini aku tak pernah ambil pusing soal pensiun. Yang dipikirkan kerja, kerja dan kerja. Penghasilan berdua (aku dan suami) paling juga cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Nanti kan kalau sudah tua, ada Vivi dan Faris yang akan menanggung biaya hidupku.
Namun saat mengikuti talkshow investasi reksadana dari Manulife di Cafe Basilia (Citraland Mall) tanggal 2 November 2014 lalu, berbagai fakta yang diungkap sungguh membuatku tersadar. Apakah anak-anakku itu sapi perah ya? Bukankah nantinya mereka pun harus menghidupi keluarga masing-masing, yang kemungkinan pada jaman mereka nanti, tingkat kesulitan hidup makin tinggi.
Ilustrasi di samping ini memberikan sentilan tersendiri padaku. Iya ya, rasanya tak adil sekali bila membebankan hari tuaku pada mereka. Ya Insya Allah sih mereka akan mempunyai taraf hidup yang jauh lebih baik dari ayah ibunya sekarang. Namun bukan berarti aku bisa mengandalkan mereka seratus persen kan? I think it's not fair for them.
Kembali kubertanya, seberapa penting mempersiapkan pensiun? Lantas aku pun berpikir, bukankah tabungan yang selama ini sedikit demi sedikit kukumpulkan sudah cukup. Ngapain pusing-pusing mikirin reksadana. Aku kan blank sama sekali tentang hal itu. Nanti kalau malah jadi pening sendiri gimana coba?
Akhirnya jadi kepikiran nih, emang selama ini aku sudah tertib gitu nabungnya? Sudah konsisten? Jawabannya tentu saja : Sudah. Konsisten untuk menabung saat ada uang sisa. Kalau nggak ada ya jadinya enggak nabung *plaaaakkk....
Manulife Reksadana pada kesempatan talkshow ini mengajak orang yang awam sekalipun tentang dunia reksadana untuk memikirkan masa depan diri kita sendiri. Dengan slogan 3i kita diharapkan untuk tidak lagi berpikir : hidup itu gimana nanti, tetapi lebih ke arah dipikirkan secara serius nanti gimana.
INSYAF
Pernah bertanya kepada diri sendirikah, yang lebih cenderung ke arah denial tentang fakta-fakta yang selama ini kita hadapi seperti berikut :
Jujur saja aku tak pernah mempertimbangkan hal-hal seperti yang dijelaskan pada ilustrasi di atas tadi. Tak pernah mau repot berpikir yang bisa-bisa bikin 'bludrek'. Namun tergelitik juga dengan pertanyaan terakhirnya : beneran aku sudah punya? Nah loh, bener-bener tak ada persiapan deh kesannya hidupku. Pemikiran mengandalkan anak di hari tua seperti yang telah kusebutkan di atas lah faktor utama pemikiran semacam ini.
Padahal kemungkinan besar segala macam harga sudah membubung tinggi di jaman anak-anakku nanti dewasa. Ingat saja deh, dulu saat kita masih SD uang saku dua ratus perak bisa dapat jajanan segambreng *yang anggota grup Hits 80's-90's jangan kabur ya =)) Nah sekarang? Uang sejumlah itu sudah tak laku bahkan untuk bayar parkir motor ataupun ongkos pompa ban sepeda.
IRIT
Untuk mengendalikan laju pengeluaran yang cenderung hanya memuaskan keinginan sesaat, sudah saatnya melakukan gerakan irit nih. Irit itu bukan berarti pelit loh. Coba colek Mak Irits tuh ;) Irit juga tak harus bersakit-sakit. Banyak sektor yang bisa kita mampatkan untuk mengendalikan 'napsu konsumtif' ini.
Iya, bener banget nih, selama ini aku masih sering melakukan 'pelanggaran'. Ilustrasi di atas tadi kemungkinan masih banyak terjadi. Dengan menganggap kebutuhan bulanan tidak akan terancam, aku sering bersantai ria tanpa memikirkan dalam sebulan bila melakukan penghematan akan bisa mendapatkan tambahan tabungan di rekening.
Belum lagi saat menyadari jiwa moody dalam menabung (kayak apaan ajah moody :D ). Lebih banyak enggak-nya daripada iya-nya. Begitu terima gaji bulanan sudah berasyik masyuk belanja plus beli beli yang enggak penting.
Di akhir bulan (malah seringnya masih pertengahan bulan) sudah meringis saat cek saldo rekening. Lho kok sudah di ambang kepunahan nih saldonya? :'(
INVEST
Menabung itu memang penting, simpanan di hari tua lah ya istilahnya. Perlu sekali kan untuk persiapan pensiun. Cuma pada kenyataannya menabung itu biasanya akan berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Misalnya menabung untuk persiapan ultah anak, menabung untuk persiapan menikah anak nantinya, dan aneka keperluan menabung yang tertentu waktunya.
Untuk jangka panjang, banyak sekali yang bisa kita lakukan untuk invest. Bermain saham banyak dilakukan oleh orang-orang yang siap meng-invest dananya. Namun aku paham sekali pada diriku, yang benar-benar blank dan tidak paham kapan nilai saham naik dan turun. Mana mungkin bermain di lahan yang aku sendiri tidak mengerti kan?
Untunglah Bp. Freddy Tedja (Head of Investment Specialist dari Manulife Reksadana) menjelaskan pernak-pernik reksadana dengan cara yang sangat mudah dipahami oleh orang awam semacam aku ini. Beliau juga mengimbuhkan bahwa Manulife Asset Management telah berkomitmen untuk mengedukasi masyarakat dengan pengetahuan awal bahwa investasi itu bisa dimulai dari siapa saja, sedini mungkin.
Investasi melalui reksadana tak membuat kita pusing untuk memantau laju uang yang kita tanam, tak seperti bermain saham sendiri. Ya kalau yang sudah memiliki pengetahuan memadai sih tak masalah ya. Namun untuk yang masih awam seperti aku ini, tentunya akan pusing tujuh keliling kalau harus memantau pergerakan saham.
Gambaran awal investasi bisa kita cermati melalui gambar di samping ini. Bagaimana laju inflasi akan terus mengejar kita sepertinya menjadi hal yang sangat mengerikan.
Halaah...gimana nanti saja lah yaaa...
Ini dia yang harus segera kuperbaiki. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, untuk masa depan jelas harus dipastikan nanti gimana. Sudah insyaf? Irit? Nah, segerakan berinvestasi kalau sudah begitu.
Beberapa pilihan berinvestasi dipaparkan oleh Bp. Freddy Tedja sebagaimana gambar di bawah ini :
Dengan reksadana, kita bisa invest mulai dari dana yang sedikit.Tak perlu waktu memantau maupun pengetahuan yang spesifik. Yang perlu kita pahami lebih dulu adalah alur rencana investasi itu sendiri.
Kebanyakan dari para investor di Indonesia kurang menyadari perencanaan investasinya. Jenis investasi yang mana yang paling tepat diterapkan sesuai profil resikonya.
Menyadari hal itu, Manulife Asset Management terus melakukan berbagai program untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya berinvestasi sejak dini. Usia memang di tangan Tuhan ya, tapi kan yang namanya usaha untuk mempersiapkan masa depan kita tetap donk tanggung jawab kita sendiri. Salah satunya ya dengan berinvestasi ini.
Caranya mudah sekali ternyata, dengan investasi awal hanya Rp. 100.000 kita sudah bisa mulai mempersiapkan dana pensiun kita sendiri. Tentunya ya enggak di seratus ribu itu saja ya. Perputaran dana akan menyesuaikan dengan nominal yang kita investkan.
Manulife sendiri telah terpercaya kredibilitasnya dengan berbagai penghargaan yang telah dimilikinya. Penghargaan di tahun 2014 ini didapatkannya dari Bisnis Indonesia untuk kategori Reksadana Pasar Uang Terbaik dan Manajer Investasi Terbaik.
Yuk kita mulai berinvestasi. Mari kita ingat ketiga prinsip investasi berikut ini :
- Pay yourself first : ubah prioritas dari belanja dulu baru nabung menjadi nabung dulu baru belanja. Melalui metode ini kita akan lebih mudah mencapai tujuan di masa depan.
- Invest regularly : lebih nyaman dilakukan karena akhirnya menjadi rutinitas. Takut lupa? Aaah... alesan tuh, sekarang kan sudah ada sistem auto debit ;)
- Act now : semakin cepat kita memulai investasi, semakin panjang waktu yang tersedia sebelum dana diperlukan untuk realisasi. Dengan begitu semakin ringan juga investasi bulanan yang perlu disisihkan dari penghasilan.
suasana talkshow investasi reksadana Manulife di Basilia Cafe, 2 November 2014 |
Benar-benar tidak rugi loh hadir di acara ini. Materi yang dituturkan dengan gamblang dan dalam bahasa yang sangat mudah dipahami oleh Bp. Freddy Tedja tadi memberikan banyak wacana baru, khususnya bagiku yang memang benar-benar awam perihal reksadana.
Sudah selayaknya nih aware seberapa penting mempersiapkan pensiun itu. Dana pensiun bisa terwujud melalui banyak pilihan. Tergantung kesiapan dan kemampuan kita mengelolanya, juga niat untuk mewujudkannya. Nah, selanjutnya bagaimana?
Sudah selayaknya nih aware seberapa penting mempersiapkan pensiun itu. Dana pensiun bisa terwujud melalui banyak pilihan. Tergantung kesiapan dan kemampuan kita mengelolanya, juga niat untuk mewujudkannya. Nah, selanjutnya bagaimana?
Lengkap, baca tulisan ini kok jadi deg deg kan, pyas gitu. merencanakan hidup dengan inestasi. Izin bookmar Blog Bu Uniek ini
BalasHapusSilakan Mas, terima kasih sudah mampir kemari :)
Hapuslengkapp...
BalasHapuskata2 halah ntar aja itu emang sering aku .____________.
iya, aku juga masih begitu Cha X_X
Hapusiya bener mbak, ntar aja lah ntar aja, eh sekarang malah nyesel, kenapa ga dr dulu :D
BalasHapusNonjok banget nih tulisan. Hehehee..
BalasHapusTapi bener juga, makin diresapi jadi makin nyadar. ;D
nah lhooooo....semua disadari dengan insyaf...belum insyaf insyaaaf nih mak hehehehe...tapi komplit paparannya...jadi makin manggut manggut dan siap-siap hehehe
BalasHapuslengkap sekali ulasannya, mak ...
BalasHapussebetulnya dari dulu ingin invets, tapi suka bingung
ahh nonjoook...bismillah, mo nyobaa..
BalasHapusTerima kasih untuk informasinya yang di tulis lewat artikel ini. Jadi semakin dapat pencerahan untuk masa depan.
BalasHapus