Adakah di antara sobat blogger yang memiliki papa / ayah / bapak / abi galak? Sering memaksakan kehendak dan bagaikan tak mau mengerti dengan keinginan kita?
Jangan benci bapakmu. Jangan buru-buru hakimi beliau dengan aneka cap yang tidak mengenakkan. Itu saranku : untuk diriku sendiri tepatnya. Tapiiii... sepertinya sudah terlambat. Bapakku sudah tidak ada. Saranku berarti percuma ya?
Aku ingin melakukan kilas balik ke postinganku tanggal 29 Maret 2014 yang berjudul Luka Itu Menguatkanku. Pada tulisan tersebut aku curhat habis-habisan tentang apa yang pernah kurasakan terhadap bapakku dulu. Memang tulisan itu dibuat untuk diikutsertakan dalam salah satu give away untuk mendapatkan buku Sang Patriot, namun beneran dalam postingan itu aku menceritakan apa adanya tentang apa yang kurasakan dulu. Masa kecil hingga remaja bersama bapakku yang keras luar biasa.
Biasanya tulisan curhatku tidak bergaya bahasa seperti itu. Aku lebih sering membungkus kisahku dengan berbagai kata-kata lucu, yang bagi kebanyakan orang tidak dimengerti sebagai curahan hati yang sedang galau. Di Luka Itu Menguatkanku lucu-lucuan semacam di Telpon Keset atau Andai Aku Jadi Detienne. tidak ada. Di kedua postingan yang kusebutkan terakhir itu, ada keluh kesah yang berbalut canda. Namun di postingan tentang bapak, secara lugas aku menceritakan berbagai kejadian seperti merasa teraniaya, dipaksa, tak punya kebebasan dan macam-macam blablablaaaa yang penting sekali untukku di masa lalu.
Apakah dengan curhat semacam itu selanjutnya bisa merasakan lega? Bukan. Bukan itu intinya.
Bila masanya telah tiba nanti, aku ingin anak-anakku membaca postingan ini. Saat akal dan rasa mereka telah mencukupi, bisa kupastikan mereka akan memahami apa yang sedang ayah mereka perjuangkan untuk masa depan nanti. Sama dengan yang dilakukan almarhum kukung mereka itu kepada ibunya ini. Biar mereka tak mengeluh panjang pendek doremifasolasido dalam berbagai kunci yang penuh tanda kres dan mol. Biar tidak meniru ibunya yang pendek akal di masa lalu X_X
Ya, setiap tulisan memang mengandung makna. Walau kuakui memang aku tak pandai mengungkapkannya. Bahkan lebih sering semrawutnya dibandingin benernya ;) Apalagi untuk postingan dengan nuansa sendu seperti itu. Sesuatu yang 'enggak gue' banget, namun harus ditulis agar bisa 'menyelamatkan' orang lain yang potensial menjadi seperti diriku di masa lalu itu.
Semoga effort luar biasa yang kulakukan di postingan tersebut dapat tertangkap oleh pembacanya. Tak hanya bagi anak-anak yang potensial memiliki ketidakpuasan dengan policy yang diterapkan oleh ayah mereka. Jangan benci bapakmu, itu saranku. Juga bagi sang bapak, semoga bisa lebih bijaksana dalam menyelami keinginan dan potensi putra-putrinya. Agar cintanya tak bertepuk sebelah tangan seperti almarhum bapakku.
Maafkan, sepertinya mataku sudah mulai membasah. Kuharap kilas balik postingan ini bisa membawa manfaat bagi semuanya
Semoga effort luar biasa yang kulakukan di postingan tersebut dapat tertangkap oleh pembacanya. Tak hanya bagi anak-anak yang potensial memiliki ketidakpuasan dengan policy yang diterapkan oleh ayah mereka. Jangan benci bapakmu, itu saranku. Juga bagi sang bapak, semoga bisa lebih bijaksana dalam menyelami keinginan dan potensi putra-putrinya. Agar cintanya tak bertepuk sebelah tangan seperti almarhum bapakku.
Maafkan, sepertinya mataku sudah mulai membasah. Kuharap kilas balik postingan ini bisa membawa manfaat bagi semuanya