Pertanyaan rutin ini akan kuhadapi setiap siang saat Office Girl (OG) ngider berkeliling dari satu ruang ke ruang yang lain menawarkan jasa membelikan makan siang. Di pabrik tempatku bekerja memang hanya ada 1 OG yang serabutan bantu sana-sini, termasuk menjadi pemesan dan pengantar makanan beberapa staff.
Keberadaan OG ini sangat membantu bagi beberapa staff yang tidak membawa bekal makan siang dari rumah. Salah satu yang hampir tidak pernah membawa bekal adalah aku sendiri. Pagi hari biasanya sudah riweuh dengan mengurus kedua bocahku yang dua-duanya sekolah pagi. Palingan sebatas mempersiapkan sarapan mereka saja dan minta tolong asisten RT untuk memasak di siang hari nanti. Jadi bisa dipastikan kalau setiba di tempat kerja aku tidak membawa bekal untuk lunch.
Sudah hampir sepuluh tahun aku bekerja di pabrik tempatku 'mencangkul' ini. Kondisi dan lingkungan pabrik sudah jauh lebih bagus dibandingkan dengan tempat bekerjaku sebelumnya. Kalau di sini sih sebenarnya warung banyak berjejer dimana-mana. Jika kantong masih penuh baru gajian bisa capcus bareng teman-teman ke resto ataupun pesan makanan secara delivery order dari beberapa lapak
franchise terkemuka.
Nah, kalau di kantor yang lama tidak bisa begitu. Mau kantong sepenuh apapun, mencari makanan untuk makan siang itu susaaaahhh sekali. Pernah kan ya dulu pas baru masuk di kantor tersebut dan aku tidak tau 'peta kuliner' di sekitar tempat kerja, yang ada lapaaaarrrr saat makan siang menjelang.
lapaaaaarrrrr...... @zona lapar merogoh sukma :)
Where are you, Nasi n d ganks?
Dan setelah tanya sana sini ke pegawai yang lama, warung terdekat itu ternyata memakan waktu 10 menit jalan kaki, termasuk menyebarang jalan raya lintas kota Pantura. Hedeewww...
Satu-satunya warung yang ada di depan pabrik di Jalan Raya Semarang-Demak bentuknya sangat sederhana. Sajian dan aneka lauk pauk yang ditawarkan pun sederhana dan nyaris apa adanya. Maklum saja posisi warung kecil yang ada di pinggiran jalur pantura memang kalah bersaing dengan tempat makan yang berbentuk resto. Jadi sasaran warung milik Bu Aini (sebut saja begitu ya, sudah lupa hampir 10 tahun yang lalu sih) ya karyawan-karyawati yang bekerja di berbagai pabrik yang ada di sekitarnya.
Waktu itu kepikiran untuk langganan saja di warung Bu Aini. Bertanyalah kepada beliau apakah bisa melayani semacam katering begitu. Nggak nyangka banget loh ternyata Bu Aini sudah punya langganan banyak sekali, tersebar di beberapa perusahaan yang berlokasi di sepanjang jalur pantura Km sekian itu.
|
model wadah catering milik Bu Aini |
"Ini loh mbake, kalau pesen di saya mbake nanti saya anterin nasi, lauk dan buah komplit. Mintanya lauk apa mbak?"
Eeeehh, serius nih? Nggak nyangka loh warung dari papan yang berdiri tepat di pinggir sungai itu kepikiran juga menyediakan katering untuk para buruh pabrik sepertiku :)
"Emang banyak ya Bu yang langganan ke Ibu? Nah kalau cuma saya dan temen saya satu aja pesen ke Ibu bisa?" tanyaku kepada beliau.
"Ya coba dikumpulin temennya Mba kalau mau pesen. 4 aja gitu ga pa pa, sekalian saya ngayuh sepedanya masuk ke pabrik tempat mbake kerja."
Wah, takjub juga dengan cara berpikir ibu sederhana itu. Dengan pemikiran bahwa dia sudah investasi membeli wadah catering, dia berharap dengan melayani pesanan makan siang dari sekian pelanggannya, modal beli wadah itu dalam waktu tidak lama akan kembali berlipat ganda. Plus masakannya bisa habis secara pasti, enggak nyisa-nyisa gitu.
Program Daya Bu Aini versus BTPN
Saat membahas pemberdayaan usaha mikro macam Bu Aini ini, aku jadi ingat Program Daya yang digagas oleh Bank BTPN. Bank yang satu ini memiliki komitmen untuk membangun kapasitas nasabah secara berkelanjutan, dengan memberikan kesempatan untuk tumbuh dan hidup yang
#LebihBerarti.
Sebagai program pemberdayaan
mass market yang berkelanjutan dan terukur, Daya terintegrasi di dalam semua lini usaha BTPN. Coba deh kita lihat fokus Daya yang kucuplik dari
web Bank BTPN :
Daya Sehat Sejahtera (Kesehatan),
Daya Tumbuh Usaha (Pengembangan Usaha), dan
Daya Tumbuh Komunitas (Komunitas). Ide yang mengarah ke Program Daya tercetus dari keinginan untuk membuat perbedaan dalam hidup, bahwa seseorang itu bisa menjadi sinar bagi sesamanya.
Sinar yang bagaimana itu maksudnya?
Simple-nya sih gini kalau menurutku : Dengan menabung di Bank BTPN via program BTPN Sinaya, kita bisa membantu mass market untuk berkembang. Dana yang kita setorkan dalam wujud tabungan, bisa menjadi support kita saat diputar menjadi modal bagi banyak UMKM binaan Bank BTPN. Nah,
BTPN memang concern sekali ke pemberdayaan UMKM ya, terlihat dari
ketiga Pilar Daya yang kusebutkan di atas tadi.
Aaaahhh... ingatanku pun kembali kepada Bu Aini yang tanpa sengaja telah menyelamatkan hari-hariku selama bekerja di tempat yang jauh dari mana-mana itu. Metode investasi dengan pemikiran praktisnya atas wadah-wadah catering ini tak beda jauh dengan prinsip menabung di
BTPN Sinaya.
Mau tau bagaimana kah skema menabung ala BTPN Sinaya ini? Meluncur ke link
simulasi menabung dulu yuuuukkk...
1. Buka link tersebut di atas ya
Pilih salah satu, melakukan simulasi via akun Facebook kita atau secara manual saja. Kalau lewat Facebook, kita bisa langsung berbagi hasil simulasi yang kita lakukan di timeline secara langsung.
2. Memasukkan jumlah yang ingin kita tabung setiap bulannya.
Pada simulasi ini aku memasukkan Rp. 500.000 sebagai jumlah tabungan per bulan dengan jangka waktu menabung 5 tahun. Jadi berapa ya kira-kira setelah 5 tahun nanti?
3. Memasukkan alamat email dan no hp untuk dikirimi hasil simulasi.
4. Hasil akhir simulasi menabung
Wuiiihhh... jadi banyak gitu ya tabunganku. Senangnyaaaa.... Tak hanya senang dengan jumlah tabungan yang akan didapat melalui BTPN Sinaya loh ini. Kita bisa turut serta memberdayakan banyak mass market di Indonesia yang terdiri dari pensiunan, pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), serta masyarakat prasejahtera produktif melalui program Daya.
Jenis Pendanaan di Bank BTPN
Saat melakukan simulasi tadi aku melihat produk tabungan yang digunakan dalam simulasi tersebut. Taseto Mapan. Jadi penasaran dong kenapa simulasi tadi lebih diarahkan ke produk tabungan tersebut.
Kulak-kulik deh akhirnya apa saja yang ditawarkan oleh Bank BTPN :
Bank BTPN ternyata memiliki beberapa segmen usaha, salah satunya adalah
Bisnis Pendanaan. Yang paling umum ditawarkan kepada masyarakat tentu saja tabungan ya. Siapa sih yang tidak tau tabungan.
Menabung di bank kini tak lagi hanya soal kebutuhan. Menabung sudah layak dimasukkan sebagai lifestyle. Ya, gaya hidup orang modern yang positif thinking terhadap masa depan. Kalau bukan kita sendiri yang berusaha membangun kekuatan finansial pribadi, siapa lagi coba? Apalagi bila menabung di BTPN Sinaya ini, kita juga bisa turut serta memberi arti kepada orang lain yang sama-sama membutuhkan masa depan cerah.
Klik saja pada fitur produk yang mengarah ke Tabungan ya, maka akan muncul seperti ini :
Oooooo... makanya ya kenapa jumlah uangnya jadi lebih banyak dari hasil penjumlahan tabungan per bulan kali 5 tahun di simulasi yang kulakukan di atas tadi. Ternyata dengan memilih BTPN Taseto Mapan ini kita akan mendapatkan bunga tabungan yang setara deposito. Bebas biaya administrasi pula, dambaan emak-emak macam aku ini kan yaaaa... ;)
Akhirnya penasaran deh, jadi klak klik produk Bank BTPN lainnya niiiihh... Teman-teman sudah coba simulasi dan kepoin produk perbankan yang ini? Udaaaahh cobain saja dulu, enggak ada ruginya kok. Malah jadi semangat nih ingin mempersiapkan masa depan cerah.
Tak lagi pusing soal nasi
Berjalan senada seirama dengan prinsip investasi dari Bu Aini sebelumnya, kupikir memang tepat sekali bagi kita mengadopsi misi yang terkandung pada BTPN Sinaya ini. Bila Bu Aini di masa dahulu saja sudah sedemikian mempersiapkan pergerakan finansialnya, kenapa aku yang hidup di era terabyte kekinian ini tidak segera mengambil ancang-ancang dan melaju?
Saat aku mengalami kesulitan dengan terbatasnya pilihan mendapatkan nasi dan lauk pauknya di salah satu spot jalur pantura dulu, Bu Aini hadir menyelamatkan sekian menit waktuku yang bisa kugunakan untuk melakukan hal-hal yang lain. Setiap kali melihat wadah catering Bu Aini dan melongok isinya yang komplit terdiri dari nasi, sayur dan lauk (entah tempe tahu, telur ataupun ayam), plus ada bonus buahnya (kadang pisang, kadang jeruk), sudah lega rasanya karena tak perlu pusing lagi kesana kemari mencari makan siang.
Sepertinya biasa saja kan ya kisah buruh pabrik yang mendamba nasi ini. Namun bisa kubayangkan, bila dulu tak ada Bu Aini dengan catering warungannya itu, pasti tiap siang aku terpaksa berpeluh-peluh membeli makan dengan menyusuri jalur pantura yang ramai oleh kendaraan besar lalu lalang plus panas mentari yang membakar tubuh.
Begitu juga bila dari sekarang aku tak bersiap-siap dengan merencanakan pergerakan finansialku, apa nanti ya yang harus kuhadapi? Setara dengan kesulitanku harus berpanas-panas sepanjang waktu seperti dulukah?
Ah...Bu Aini, bila dulu aku tak perlu lagi pusing soal nasi, sekarang pun aku tak mau pusing soal investasi.
Investasi yang sekaligus membuat hidupku lebih berarti bagi sesama. Sekarang... ya sekarang lah saatnya sebelum semuanya terlambat.
Tumbuhkan diri, tumbuhkan sesama, jadikan hidup lebih berarti bersama BTPN Sinaya.