"Mba, sudah punya user name dan password di web Indonesia National Single Window?"
Pertanyaan itu dilontarkan oleh seorang kolegaku. Dia bekerja di sebuah perusahaan yang bidang usahanya persis dengan perusahaan tempatku bekerja selama ini. Sebagai sesama pelaku usaha di bidang ekspor kami memang dituntut untuk menguasai berbagai sistem online yang diluncurkan oleh pemerintah.
Indonesia National Single Window (INSW) merupakan sistem nasional Indonesia yang memungkinkan dilakukannya suatu penyampaian data dan informasi secara tunggal (
single submission of data and information), pemrosesan data dan informasi secara tunggal dan sinkron (
single and synchronous processing of data and information), dan pembuatan keputusan secara tunggal untuk pemberian izin kepabeanan dan pengeluaran barang (
single decision making for customs clearance and release of cargoes).
Secara lebih simpelnya, INSW ini adalah sistem yang memungkinkan seorang pelaku usaha ekspor hanya melakukan satu kali entry data saja. Secara otomatis sistem ini akan terakses oleh berbagai instansi terkait. Dalam hal ini yang berkaitan dengan pekerjaanku selama ini adalah Direktorat Jendral Perdagangan Luar Negeri, Departemen Kehutanan dan Bea Cukai.
Bila pada masa yang lalu segala macam aktivitas penyampaian data masih manual dan harus memproses data kesana kemari ke masing-masing instansi, sekarang apa-apa sudah
by system. Hambatan-hambatan yang mungkin dialami oleh pelaku usaha makin diminimalisasi oleh pemerintah.
Namun kemudahan yang diberikan pemerintah ini juga harus diimbangi oleh kesiapan sumber daya manusia dari masing-masing pelaku usaha. Setiap personil yang mewakili kepentingan perusahaan berkaitan dengan urusan birokrasi diharapkan siap menerima setiap perubahan kebijakan yang dilakukan pemerintah. Ya seperti yang sudah kusebutkan di atas tadi, dari yang manual berubah menjadi
computerized dan
system based. Hal ini selaras dengan prinsip yang terkandung di Masyarakat Ekonomi ASEAN (
ASEAN Economic Community) dimana salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah menyiapkan sumber daya manusia yang terampil, cerdas dan kompetitif.
Secara logika, aku yang sudah bekerja lebih dari sepuluh tahun dengan
job description yang sama, tentunya sudah fasih untuk melakukan ini dan itu yang berkaitan dengan pekerjaanku sehari-hari. Namun perkembangan dan persaingan seputar dunia ekspor terus menerus bergerak. Selain urusan
supply dan
demand antara pelaku usaha di Indonesia dengan buyer di luar negeri, kebijaksanaan dari pemerintah yang secara berkala berubah pun harus terus kuikuti. Termasuk urusan INSW tadi.
Coba kalau aku malas melakukan upgrade kemampuan diri, bakalan ketinggalan jauh kan ya. Semua pelaku usaha bergerak cepat agar roda bisnisnya berjalan dengan laju. Tak terkecuali pemilik perusahaan dimana tempatku bekerja. Kalau punya karyawan yang malas belajar dan tidak mengikuti perkembangan, bisa-bisa banyak hal yang berkaitan dengan birokrasi bakalan keteteran. Ujung-ujungnya perusahaan juga yang rugi waktu dan biaya. Harus mengulang-ulang terus hal-hal yang semestinya sudah dikuasai bila karyawannya tak punya semangat untuk menjadi lebih baik.
Beberapa kali aku mewakili perusahaan mengikuti berbagai workshop yang sebenarnya tidak berkaitan langsung dengan bidang pekerjaanku. Namun berhubung rekan kerjaku suka 'under estimate' pada kemampuannya sendiri, maka diriku yang stok percaya dirinya berlebih lah yang diberangkatkan untuk mengikuti berbagai pelatihan yang memang membutuhkan skill tertentu yang berkaitan dengan penggunaan komputer dan penguasaan hal-hal yang berbau sistem. Padahal sih sebenarnya detil-detil workshop itu tidak seberapa sulit. Asalkan memang sudah terbiasa mengoperasikan komputer, mendengarkan materi dengan tekun, dan tak segan bertanya saat mengalami kesulitan, instansi terkait yang melatih tenaga-tenaga ahli dari tiap perusahaan ini akan dengan senang hati mengajarkannya hingga para peserta paham.
Di sini aku tidak bisa menjelaskan secara terperinci apa saja detail pekerjaanku karena banyak hal yang memang bukan untuk konsumsi publik. Aku hanya bisa menginformasikan bahwa selama ini aku bekerja di divisi ekspor.
Jaman dulu masih umur dua puluhan, sering merasa tidak cocok dengan lingkungan bekerja maupun dengan pimpinan. Kalau dipikir-pikir ya, aneh sekali orang bekerja kok mikirin cocok atau tidaknya. Justru sebaliknya, diri kita lah yang harus terus beradaptasi dengan lingkungan kerja bila ingin bisa terus bersaing. Dimana-mana perusahaan bakalan lebih menghargai orang yang memiliki potensi tinggi sekaligus beretos kerja prima.
"Susah banget sih ya pekerjaan ini.... "
Pernah dengar kan ya orang bilang begitu. Yang namanya bekerja mana ada sih yang mudah ;) Kalau apa-apanya mudah ya nggak perlu ada itu segala macam workshop, pelatihan, kursus, sekolah maupun berbagai program peningkatan kemampuan diri berkaitan dengan dunia kerja.
Indonesia sebagai bagian dari MEA tentunya juga membutuhkan andil kita berkaitan dengan ketersediaan sumber daya manusia yang terampil, cerdas dan kompetitif. Bekerja di sektor apapun, kita selayaknya terus memacu semangat untuk upgrade kemampuan diri di bidang kita masing-masing. Sekecil apapun effort yang kita lakukan demi perusahaan tempat kita bekerja, itu bakalan jauh lebih baik dibandingkan hanya sekedar masuk kerja, mengisi daftar hadir, lalu pulang tanpa hasil apapun yang kita berikan kepada tempat kita mencari nafkah selama ini. Meski jumlah gajinya tiada beda antara yang rajin maupun tidak, manalah enaknya bekerja sekadarnya. Pimpinan, jajaran manajemen, bahkan kolega kita dari perusahaan maupun instansi lain bakalan tau, siapa saja 'key person' di perusahaan yang bakalan tanpa ragu mereka percaya saat mereka membutuhkan orang-orang berkompeten di bidangnya.
Satu lagi yang masih ingin kukejar berkaitan dengan upgrade kemampuan diri ini. Pengin bisa ngobrol cas cis cus menggunakan Bahasa Inggris dengan fasih seperti sobat bloggerku
Indah Nuria. Meskipun banyak bahasa asing yang perlu juga dipelajari agar bisa menembus sekat-sekat ketidakmengertian, paling tidak dengan menguasai Bahasa Inggris secara advance maka salah satu pintu menuju keterbukaan bisa segera tercapai.
Sehari-hari dalam melakukan pekerjaan pun sebenarnya sudah menggunakan Bahasa Inggris tertulis untuk korespondensi. Tapi jelas beda dong ya sekedar "Dear Sir, how many container do you want to order this month?" dengan bercakap-cakap penuh kegembiraan dan sharing pengetahuan secara berkelanjutan menggunakan bahasa internasional yang satu itu. Makanya nih, salah satu usaha melancarkan dan memperkaya penggunaan vocab ya dengan belajar menulis postingan dengan Bahasa Inggris. Bisa dilihat loh di blogku yang khusus membahas seputar kartu pos :
Postcard of Hearts.
Terlalu tinggikah obsesi kerjaku bila ingin menguasai ini dan itu tanpa henti?
Well, saat
supply sumber daya manusia melimpah ruah di Indonesia, padahal porsi 'kue pekerjaan' yang tersedia amat terbatas, bagi karyawan seperti diriku apa lagikah yang bisa kulakukan selain terus meng-upgrade kemampuan diri agar bisa terus bersaing. Nggak mau dong nanti suatu saat perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor ekspor malah merekrut karyawan dari negara tetangga yang penguasaan Bahasa Inggrisnya lebih bagus. Duuuhh jangan sampai deh ya. Oleh karena itu, siapa saja nih tak hanya diriku, mari terus upgrade kemampuan diri agar bisa terus bersaing di era MEA ini.
"Ada pelatihan apa lagi berikutnya, Bos? Kapan jalan-jalan lagi niiiihh...." *
rajin, semangat, ataupun doyan dolan sudah tak jelas lagi batasnya ;)