Sejak pertama kali duduk satu shaf dengan beliau, selalu ada saat dimana ujung mataku menangkap gerakan shalatnya yang aneh.
Di masjid dekat rumahku, biasanya shaf paling depan akan berisi ibu-ibu sepuh. Sejak separuh Ramadhan yang lalu, para jamaah perempuan berlomba-lomba menata sajadah di shaf ketiga dan keempat, sehingga otomatis untuk dua shaf terdepan bakalan kosong. Mau tak mau yang datang belakangan akan langsung mengisi shaf depan tersebut. Sesuatu yang cukup membuatku mengernyitkan dahi.