Kuasaaaa apiiii...
Hadeh, masih kebayang nih scene di tontonan favoritnya anak lanang. Ada itu bocah kecil super ajaib yang punya kekuatan luar biasa. Ada kekuatan api, air, tanah, topan, entahlah.... kuat amat yak bocah sekecil itu menanggung kekuatan yang maha hebat.
Namanya juga tontonan buuuu...
Bentar lagi juga bakalan ada tontonan soal kekuatan yang menakjubkan gitu. Kuase eceng gondoookk...
Woiyy.. ngimpi apa loe hari gini pakai kekuatan dari eceng gondok? Ada yang tau sejenis apakah eceng gondok itu?
Kalau di wikipedia sih ya eceng gondok itu masuk kategori sebagai salah satu tumbuhan mengapung. Kecepatan tumbuhnya dahsyat sekali, ngalah-ngalahin kecepatan mamah-mamah dan nona-nona penggemar akun hosip saat berburu kabar terkini. Tumbuhan ini muncul sedemikian cepat seiring dengan laju kandungan nitrogen, fosfat dan potasium yang ada di dalam air. Di keseharian kita, eceng gondok ini bakalan memilih untuk selalu mencintai lingkungan air yang penuh dengan limbah, baik limbah rumah tangga maupun polutan yang lain. Dimana ada air kotor, di sanalah si enceng gondok bakalan bersemayam.
Lalu salahkah bila eceng gondok ini mempertahankan kekuatannya di lokasi yang penuh air?
Selama ini kita menganggap si eceng gondok ini sebagai pengganggu lingkungan. Daun-daunnya yang lebar dan didukung dengan pertumbuhannya yang luar biasa cepat, tentu saja membuat penguapan air makin tinggi. Di Rawa Pening, salah satu tempat yang ada di Kabupaten Semarang, dari tahun ke tahun kandungan airnya makin menyusut. Rawa Pening yang merupakan danau di tengah daratan yang luasnya mencapai sekitar 2700 hektar saat ini mengalami pendangkalan. Permukaan danaunya hampir 70% tertutup eceng gondok.
Selain itu, dengan makin luasnya pertumbuhan eceng gondok, maka cahaya yang bisa masuk ke dalam air pun bakalan menurun. Akibatnya kadar oksigen yang larut ke dalam air pun makin berkurang. Bisa dibayangkan bagaimana kualitas airnya kan? Belum lagi bakalan munculnya berbagai penyebab penyakit manusia dari lingkungan air yang kotor.
Berkaitan dengan estetika pun juga ga ada indahnya sama sekali lah wilayah perairan yang ditumbuhi dengan kawanan eceng gondok ini.
Itu semua salah eceng gondoknya kah?
Benarkah bila kemudian dikatakan bahwa manusia menyelamatkan lingkungan gara-gara pertumbuhan eceng gondok yang zuper cefat ini?
Aku takjub banget loh saat Ade Rai, ikon produk Kuku Bima Energi (KBE) Sido Muncul berbicara secara lemah lembut tentang filosofi kekuatan eceng gondok itu sendiri. Eceng gondok kan memang tumbuh di wilayah berair yang kotor. Nah, air yang kotor itu siapa sih sebenarnya yang bikin? Si eceng gondok itu sendiri??
Duaaarrr.... Iya, ho oh. Eh kita yang manusia ini berasa ketampar nggak sih sama omongan Mas Ade Rai tadi? Ngerasa nggak sih bahwa sebenarnya manusia sendiri yang mendatangkan problem lingkungan bagi sekitarnya?
Tak dapat dipungkiri lagi, timbulnya permasalahan ini jelas karena keterbatasan pengetahuan banyak orang. Memang kalau seputar kesalahan pengelolaan lingkungan itu tidak bisa absolut kita timpakan pada pihak-pihak tertentu. Yang penting sekarang gimana cara mengatasinya?
Sendirian mba?
Iya... nungguin kamu masuk ke hatikuuuu...
Ahaayy... Itu fotoku saat melintas di jembatan berwarna biru yang pada angle pemotretan tertentu bakalan Instagramable banget. Sayang ya itu modelnya enggak mendukung banget hahahaa... Mukanya jutek, kayak emak-emak yang sedang ngejar-ngejar mbok blanjan gara-gara baru sadar bawangnya abis pas mau masak sop. Ngenes.
Jembatan Biru yang ada di Sumurup Tuntang itu memang berada di tengah bentangan Rawa Pening. Coba yuk bayangin bila kondisi perairannya bersih dan indah, danau seluas 2700 hektar ini bisa dijadikan apa saja.
Rawa Pening merupakan danau alam di Kabupaten Semarang yang memiliki panorama indah tak terbantahkan. Terletak di kaki 3 gunung, yaitu Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo dan Gunung Ungaran. Sebelum sebaran eceng gondok merajalela, dulu orang memancing ikan dan piknik di daerah ini. Nah, dengan menurunnya kadar oksigen air, mana lah bisa ikan berkembang biak. Hidupnya bakalan tercekik-cekik kayak orang yang kena jeratan lintah darah.
Kekuatan Rawa Pening sendiri tak lepas dari legenda yang telah beredar di masyarakat. Sudah pernah dengar tentang legenda Baru Klinthing? Legenda ini menceritakan tentang seorang bocah yang dengan kesaktiannya mampu membuat bekas cabutan sebatang lidi menjadi sumber air yang maha dahsyat. Kalau boboi boy punya kekuatan api, bocah Baru Klinthing ini punya kekuatan lidi kalik ya 😉
Miris ya jika kemudian kita membayangkan potensi alam yang super keren ini bakalan memudar gara-gara 'serangan' eceng gondok yang mencoba mempertahankan lingkungannya yang dicemari oleh manusia.
Selama ini telah ada upaya pembersihan eceng gondok dan pelatihan pemanfaatan tumbuhan tersebut menjadi produk-produk yang bermanfaat. Sayang sekali, laju pertumbuhan eceng gondoknya masih jauh lebih tinggi dibandingkan kapasitas manusia mengolahnya.
PT. Sido Muncul, Tbk termasuk salah satu pihak yang peduli terhadap potensi wisata air di danau Rawa Pening ini. Direktur Sido Muncul, Bp. Irwan Hidayat, mengatakan bahwa pariwisata di Indonesia harus dipromosikan karena sektor yang satu ini merupakan kegiatan yang berkelanjutan, dapat mempengaruhi semua bidang dan terus mendukung Pendapatan Asli Daerah (PAD). Perekonomian rakyat juga bakalan meningkat jika kekuatan wisata di Rawa Pening diolah dengan maksimal.
Pak Irwan, lalu gimana dong biar Rawa Peningnya cantik tanpa embel-embel eceng gondok itu?
Sebenarnya sejak 19 Desember 2016 Sido Muncul telah mempelopori pemanfaatan tumbuhan eceng gondok ini menjadi sumber energi terbarukan. Semua bagian dari eceng gondok dapat dijadikan produk bahan bakar padat berbentuk pelet (briket/biomas). Pelet ini bisa menggantikan fungsi bahan bakar seperti minyak tanah maupun gas.
Melalui upaya ini diharapkan volume eceng gondok yang terus berkempang pesat dapat ditekan dan Rawa Pening akan kembali bersih. Jika Rawa Pening telah bersih, tentu saja efek baiknya akan dirasakan oleh masyarakat sekitar. Tak hanya di sektor pertanian dan perikanan saja loh dampaknya, pariwisata pun bakalan bisa digenjot jika Rawa Pening bisa kembali indah.
Melihat potensi wisata Rawa Pening ini, pada 20 Juli 2017 lalu Sido Muncul melakukan syuting iklan Kuku Bima Energi (KBE) di tempat tersebut. Melalui pesan iklan yang hendak disampaikan melalui iklan televisi nantinya, Sido Muncul ingin memberikan solusi bagaimana membangun Rawa Pening menjadi tempat pariwisata dan mengolah eceng gondok menjadi alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan. Upaya pengelolaan Rawa Pening ini sekaligus merepresentasikan visi Sido muncul untuk menyelamatkan sumber-sumber air yang ada menjadi danau-danau wisata yang cantik di Indonesia.
Pak Irwan mengatakan melalui iklan ini diharapkan pemerintah dapat memberikan perhatian yang lebih terkait permasalahan eceng gondok. Masalah ini tidak bisa diabaikan begitu saja, butuh kerja sama pemerintah dan masyarakat. Pengusaha pun tak bisa menutup mata pada masalah-masalah yang ada di sekitarnya, harus ikut turun tangan juga dengan karya nyata.
Iklan yang dibintangi ikon KBE Ade Rai menceritakan tentang ajakan kepada masyarakat untuk turun ke lapangan bekerja nyata mengambil eceng gondok. Tumbuhan ini dijadikan alternatif bahan bakar yang baru sebagai solusi mengatasi pertumbuhan eceng gondok yang amat pesat di Rawa Pening. Setelah Rawa Pening bersih harapan mereka bersama laskar KBE bisa datang ke Rawa Pening untuk berwisata, menikmati danau yang telah bersih tersebut. Dengan bersihnya eceng gondok, diharapkan tampungan air danau pun bakalan meningkat.
Dalam mempromosikan produk-produknya, selama ini KBE mencoba mengangkat pariwisata di Indonesia. Pembuatan iklan pariwisata ini sudah dimulai sejak tahun 2009 hingga sekarang. Masih ingat kan iklan KBE di Papua, Labuan Bajo, Sumatera Utara dan Nias, Maluku, NTT, Semarang dan Candi Borobudur, Kalimantan, Candi Prambanan, Danau Toba, Wisata Gunung Merapi dan Gorontalo. Bahkan saat di Labuan Bajo KBE telah membuat iklan sebanyak 3 kali dengan cerita dan setting yang berbeda.
Pak Irwan Hidayat dari Sido Muncul telah berkenan memprakarsai promosi wisata sekaligus mengajukan solusi pengelolaan masalah lingkungan berkaitan dengan eceng gondok ini. Kita yang tinggal di seputaran Kabupaten Semarang maupun individu lain yang peduli pada bumi, apa yaaa yang bisa kita lakukan untuk turut serta membantu mengatasi permasalahan ini? Please tell me, guys...
Kalau di wikipedia sih ya eceng gondok itu masuk kategori sebagai salah satu tumbuhan mengapung. Kecepatan tumbuhnya dahsyat sekali, ngalah-ngalahin kecepatan mamah-mamah dan nona-nona penggemar akun hosip saat berburu kabar terkini. Tumbuhan ini muncul sedemikian cepat seiring dengan laju kandungan nitrogen, fosfat dan potasium yang ada di dalam air. Di keseharian kita, eceng gondok ini bakalan memilih untuk selalu mencintai lingkungan air yang penuh dengan limbah, baik limbah rumah tangga maupun polutan yang lain. Dimana ada air kotor, di sanalah si enceng gondok bakalan bersemayam.
Lalu salahkah bila eceng gondok ini mempertahankan kekuatannya di lokasi yang penuh air?
Selama ini kita menganggap si eceng gondok ini sebagai pengganggu lingkungan. Daun-daunnya yang lebar dan didukung dengan pertumbuhannya yang luar biasa cepat, tentu saja membuat penguapan air makin tinggi. Di Rawa Pening, salah satu tempat yang ada di Kabupaten Semarang, dari tahun ke tahun kandungan airnya makin menyusut. Rawa Pening yang merupakan danau di tengah daratan yang luasnya mencapai sekitar 2700 hektar saat ini mengalami pendangkalan. Permukaan danaunya hampir 70% tertutup eceng gondok.
Selain itu, dengan makin luasnya pertumbuhan eceng gondok, maka cahaya yang bisa masuk ke dalam air pun bakalan menurun. Akibatnya kadar oksigen yang larut ke dalam air pun makin berkurang. Bisa dibayangkan bagaimana kualitas airnya kan? Belum lagi bakalan munculnya berbagai penyebab penyakit manusia dari lingkungan air yang kotor.
Berkaitan dengan estetika pun juga ga ada indahnya sama sekali lah wilayah perairan yang ditumbuhi dengan kawanan eceng gondok ini.
Itu semua salah eceng gondoknya kah?
Eceng Gondok dan Pertahanan Diri
Menyoal eceng gondok ini pada tanggal 20 Juli 2017 yang lalu beruntung sekali aku bisa menyaksikan orang-orang yang peduli pada lingkungan menyuarakan hal-hal penting berkaitan dengan pengelolaan eceng gondok ini. Seperti yang kita semua mungkin telah ketahui, permasalahan eceng gondok yang meresahkan ini tak hanya ada di Rawa Pening. Ratusan danau di Indonesia lainnya pun mungkin saja mengalami hal yang sama.Benarkah bila kemudian dikatakan bahwa manusia menyelamatkan lingkungan gara-gara pertumbuhan eceng gondok yang zuper cefat ini?
Aku takjub banget loh saat Ade Rai, ikon produk Kuku Bima Energi (KBE) Sido Muncul berbicara secara lemah lembut tentang filosofi kekuatan eceng gondok itu sendiri. Eceng gondok kan memang tumbuh di wilayah berair yang kotor. Nah, air yang kotor itu siapa sih sebenarnya yang bikin? Si eceng gondok itu sendiri??
Duaaarrr.... Iya, ho oh. Eh kita yang manusia ini berasa ketampar nggak sih sama omongan Mas Ade Rai tadi? Ngerasa nggak sih bahwa sebenarnya manusia sendiri yang mendatangkan problem lingkungan bagi sekitarnya?
Tak dapat dipungkiri lagi, timbulnya permasalahan ini jelas karena keterbatasan pengetahuan banyak orang. Memang kalau seputar kesalahan pengelolaan lingkungan itu tidak bisa absolut kita timpakan pada pihak-pihak tertentu. Yang penting sekarang gimana cara mengatasinya?
Rawa Pening dan Potensi Wisata Daerah
Jembatan Biru, Sumurup, Tuntang di tengah Rawa Pening |
Sendirian mba?
Iya... nungguin kamu masuk ke hatikuuuu...
Ahaayy... Itu fotoku saat melintas di jembatan berwarna biru yang pada angle pemotretan tertentu bakalan Instagramable banget. Sayang ya itu modelnya enggak mendukung banget hahahaa... Mukanya jutek, kayak emak-emak yang sedang ngejar-ngejar mbok blanjan gara-gara baru sadar bawangnya abis pas mau masak sop. Ngenes.
Jembatan Biru yang ada di Sumurup Tuntang itu memang berada di tengah bentangan Rawa Pening. Coba yuk bayangin bila kondisi perairannya bersih dan indah, danau seluas 2700 hektar ini bisa dijadikan apa saja.
Rawa Pening merupakan danau alam di Kabupaten Semarang yang memiliki panorama indah tak terbantahkan. Terletak di kaki 3 gunung, yaitu Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo dan Gunung Ungaran. Sebelum sebaran eceng gondok merajalela, dulu orang memancing ikan dan piknik di daerah ini. Nah, dengan menurunnya kadar oksigen air, mana lah bisa ikan berkembang biak. Hidupnya bakalan tercekik-cekik kayak orang yang kena jeratan lintah darah.
Kekuatan Rawa Pening sendiri tak lepas dari legenda yang telah beredar di masyarakat. Sudah pernah dengar tentang legenda Baru Klinthing? Legenda ini menceritakan tentang seorang bocah yang dengan kesaktiannya mampu membuat bekas cabutan sebatang lidi menjadi sumber air yang maha dahsyat. Kalau boboi boy punya kekuatan api, bocah Baru Klinthing ini punya kekuatan lidi kalik ya 😉
Miris ya jika kemudian kita membayangkan potensi alam yang super keren ini bakalan memudar gara-gara 'serangan' eceng gondok yang mencoba mempertahankan lingkungannya yang dicemari oleh manusia.
Bp. Irwan Hidayat, direktur PT Sido Muncul, Tbk memperlihatkan eceng gondok yang tumbuh di Rawa Pening |
Selama ini telah ada upaya pembersihan eceng gondok dan pelatihan pemanfaatan tumbuhan tersebut menjadi produk-produk yang bermanfaat. Sayang sekali, laju pertumbuhan eceng gondoknya masih jauh lebih tinggi dibandingkan kapasitas manusia mengolahnya.
PT. Sido Muncul, Tbk termasuk salah satu pihak yang peduli terhadap potensi wisata air di danau Rawa Pening ini. Direktur Sido Muncul, Bp. Irwan Hidayat, mengatakan bahwa pariwisata di Indonesia harus dipromosikan karena sektor yang satu ini merupakan kegiatan yang berkelanjutan, dapat mempengaruhi semua bidang dan terus mendukung Pendapatan Asli Daerah (PAD). Perekonomian rakyat juga bakalan meningkat jika kekuatan wisata di Rawa Pening diolah dengan maksimal.
Pak Irwan, lalu gimana dong biar Rawa Peningnya cantik tanpa embel-embel eceng gondok itu?
Rawa Pening, Sido Muncul dan Ade Rai
Sebenarnya sejak 19 Desember 2016 Sido Muncul telah mempelopori pemanfaatan tumbuhan eceng gondok ini menjadi sumber energi terbarukan. Semua bagian dari eceng gondok dapat dijadikan produk bahan bakar padat berbentuk pelet (briket/biomas). Pelet ini bisa menggantikan fungsi bahan bakar seperti minyak tanah maupun gas.
Melalui upaya ini diharapkan volume eceng gondok yang terus berkempang pesat dapat ditekan dan Rawa Pening akan kembali bersih. Jika Rawa Pening telah bersih, tentu saja efek baiknya akan dirasakan oleh masyarakat sekitar. Tak hanya di sektor pertanian dan perikanan saja loh dampaknya, pariwisata pun bakalan bisa digenjot jika Rawa Pening bisa kembali indah.
Melihat potensi wisata Rawa Pening ini, pada 20 Juli 2017 lalu Sido Muncul melakukan syuting iklan Kuku Bima Energi (KBE) di tempat tersebut. Melalui pesan iklan yang hendak disampaikan melalui iklan televisi nantinya, Sido Muncul ingin memberikan solusi bagaimana membangun Rawa Pening menjadi tempat pariwisata dan mengolah eceng gondok menjadi alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan. Upaya pengelolaan Rawa Pening ini sekaligus merepresentasikan visi Sido muncul untuk menyelamatkan sumber-sumber air yang ada menjadi danau-danau wisata yang cantik di Indonesia.
Pak Irwan mengatakan melalui iklan ini diharapkan pemerintah dapat memberikan perhatian yang lebih terkait permasalahan eceng gondok. Masalah ini tidak bisa diabaikan begitu saja, butuh kerja sama pemerintah dan masyarakat. Pengusaha pun tak bisa menutup mata pada masalah-masalah yang ada di sekitarnya, harus ikut turun tangan juga dengan karya nyata.
suasana syuting iklan terbaru Kuku Bima Energi |
Iklan yang dibintangi ikon KBE Ade Rai menceritakan tentang ajakan kepada masyarakat untuk turun ke lapangan bekerja nyata mengambil eceng gondok. Tumbuhan ini dijadikan alternatif bahan bakar yang baru sebagai solusi mengatasi pertumbuhan eceng gondok yang amat pesat di Rawa Pening. Setelah Rawa Pening bersih harapan mereka bersama laskar KBE bisa datang ke Rawa Pening untuk berwisata, menikmati danau yang telah bersih tersebut. Dengan bersihnya eceng gondok, diharapkan tampungan air danau pun bakalan meningkat.
Dalam mempromosikan produk-produknya, selama ini KBE mencoba mengangkat pariwisata di Indonesia. Pembuatan iklan pariwisata ini sudah dimulai sejak tahun 2009 hingga sekarang. Masih ingat kan iklan KBE di Papua, Labuan Bajo, Sumatera Utara dan Nias, Maluku, NTT, Semarang dan Candi Borobudur, Kalimantan, Candi Prambanan, Danau Toba, Wisata Gunung Merapi dan Gorontalo. Bahkan saat di Labuan Bajo KBE telah membuat iklan sebanyak 3 kali dengan cerita dan setting yang berbeda.
Pak Irwan Hidayat dari Sido Muncul telah berkenan memprakarsai promosi wisata sekaligus mengajukan solusi pengelolaan masalah lingkungan berkaitan dengan eceng gondok ini. Kita yang tinggal di seputaran Kabupaten Semarang maupun individu lain yang peduli pada bumi, apa yaaa yang bisa kita lakukan untuk turut serta membantu mengatasi permasalahan ini? Please tell me, guys...
Dulu saya jadikab bahan untuk praktek di lab ini, Mbak.
BalasHapusAda senyawa sekunder yang bagus untuk pemanfaatan penyerapan limbah.
Iya, memang sejatinya eceng gondok itu bakalan timbul karena adanya kontaminasi limbah ke dalam struktur air.
HapusUdah sering dipanen tapi masih beranak pinak banyaknya ya mbak. Cantik banget pemandangan Rawa Pening. Apalagi sambil naik perahu muteri rawa, bisa potoh selfie
BalasHapusLaju pertumbuhannya jauh lebih kenceng eceng gondoknya mba dibandingkan demand produk olahan dari tumbuhan tersebut. Klo dijadiin bahan bakar bakalan lebih massal lagi 'panen'nya.
HapusWaaah ada ade Rai... eceng gondok ternyata manfaatnya luar biasa ya mba
BalasHapusWah Mak Uniek foto bareng Ade Rai hihi :D
BalasHapusBtw ternyata enceng gondok banyak manfaatnya ya, bisa dijadikan produk bahan bakar padat berbentuk pelet (briket/biomas) segala.
Kalo gitu perlu lebih banyak SDM yang mau turun tangan utk memanfaatkan enceng gondok ya mba, biar imbang antara laju tumbuh enceng gondok yg cepat dg pemanfaatannya.
BalasHapusWaah, jadi pingin SidoMuncul dtg ke cilegon serang dong. Kasih pelatihan pemanfaatan enceng gondok. Di sini ada rawa danau dg status cagar alam, enceng gondoknya buanyaaakk
BalasHapusLihat bodi Ade Rai gimana gitu ya, selalu salut dengan gaya hidupnya :)
BalasHapusDuuh emang keren bisa satu frame dengan atlet kece Ade Rai, btw makasih dpt wawasan luas tentang ecenggondok mbk🙏
BalasHapusWaaaw aku baru tau eceng gondok bisa jadi bahan bakar padat mba.. Lumayan banget.. Eceng gondok bisa jadi kerajinan tangan dibikin tas gitu juga kan ya.. Jadi pingin ke Rawa Pening sama jalan-jalan ke Semarang.. :D
BalasHapusKeeren buat Sidomuncul yg punya kepedulian ama lingkungan. Baru tau kalo enceng gondok bisa buar bahan bakar.
BalasHapusJadi ingat waktu diajak sidopiknik beberapa bulan lalu sama pak Irwan. Enceng gondok dijadiin pelet bahan bakar. Keren lah pak Irwan dg Sidomuncul nya. Semoga Rawapening bisa jadi destinasi wisata yang bersih dari enceng gondok
BalasHapusKeren ya sido muncul mrmanfaatkan potensi alam sekitar. Daripada bikin penuh dan bikin rawa pening ga asik dipandang eceng gondoknya dimanfaatkan maksimal
BalasHapusWah...ternyata begitu ya mbak..baru ngerti. Nuwun infonya mbak
BalasHapusternyata ya enceng gondok gak cuma bisa dijadiin tas doang
BalasHapusKeren ya CSR program Sido Muncul, ternyata efek eceng gondok dahsyat juga ya :(
BalasHapusWa,eceng gondok juga bisa buat bahan bakar ternyata.
BalasHapusDi daerah Tembilahan Riau,di lautnya juga banyak banget eceng gondoknya,kadang kalo kita naik perahu mau nyebrang,eceng gondoknya nyelip ke mesin.
Eceng gondok dijadikan bahan bakar oleh sido muncul, sido muncul memang oye, manajemennya juga bagus, termasuk rajin kasih eud ke kantorku top deh 👍
BalasHapusHihi geli baca muka jutek plus ngejar mas2 eh mbak belanjaan :D
BalasHapusKekar bange ya Mas Ade Ray..
Ngebaca tetang enceng gondog, di kolamku peuh degnan enceng gondong Mbak Nik
Dan aku garis bawahi ini eceng gondok dapat dijadikan produk bahan bakar padat berbentuk pelet (briket/biomas). Pelet ini bisa menggantikan fungsi bahan bakar seperti minyak tanah maupun gas. *baru taulah aku haahaha mantep ini mba
BalasHapusBaru tahu nih mbak sama kedahsyatan efek enceng gondok. Makasih mbak informasinya
BalasHapusWaah Rawa Pening. Ingat jaman dulu suka baca legenda Rawa Pening.
BalasHapusEceng gondok ini bunganya bagus lhoo.. apa cuma aku yang ngrasa gitu? tapi sayang dampaknya ke ekosistem dalam air sangat bahaya yah.. :(
BalasHapusSyukurlah ada perusahaan besar sekelas sidomuncul yang sangat peduli terhadap lingkungan... ngomong-ngomong rawa pening jadi pengen main-main kesitu deh. Selama ini cuma lewat dan mamandanginya dari kejauhan doang :D
Pernah liat kerajinan dari eceng gondok, apik-apiik
BalasHapushahhaa ngekek mba perumpamaanmu, emak2 ngejar mbok blanjaan
BalasHapusMinggu lalu aku juga ke sana, Mbak. Dan emang kok eceng gondok kok di mana-mana. Kapal motorku berjuang eceng gondok terus pas keliling. Ngeri aja. Padahal kalau bersih pasti lebih enak kelilingnya.
BalasHapusEh, Mbak itu gunungnya Gunung Telomoyo atau Teloyomo? Takut kalo keliru.
Betul, enceng gondok punya manfaat yang besar kalau mau mengolahnya, tapi memang laju pertumbuhannya melebihi kapasitas manusia. Harus ada perhatian khusus, karena ini juga bicara mengenai perlindungan lingkungan.
BalasHapusOh iya, setahu saya, penyebutannya Gunung Telomoyo :)
Oke mas, itu tadi typo. Thanks untuk koreksinya.
Hapus