Kebergegasan ini bukanlah salah jamannya. Semua memang serba bergegas saat ini. Kepemilikan dan mudahnya akses internet makin mendukung percepatan penyebaran informasi.
Lalu, bisakah tipikal kebergegasan ini dijadikan pemicu positif untuk perkembangan bangsa?
Ya, masih lekat dalam ingatan kita betapa dahsyatnya penyelenggaraan Asian Games yang lalu. Sumber daya terbaik yang ada di Indonesia mengarah pada event ini. Baik para atlit, pelatih maupun pekerja kreatif saling bersinergi menyukseskan acara ini. Kebayang dong seberapa dahsyat upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak di atas tadi hingga tampil prestasi yang bias kita saksikan melalui layar kaca maupun berbagai berita di internet.
Siapa sih yang tidak bangga ketika di saat yang sama, bangsa ini harus memikirkan hal-hal yang maha berat. Di satu sisi sedang membangkitkan kembali ‘nyawa’ yang ada di Lombok, di saat bersamaan tetap harus menjamu ribuan atlit yang dating ke Indonesia.
Laku Indonesia memang sudah selayaknya seperti bangsa yang besar ya. Bahkan auditor selevel Pricewaterhouse Cooper pun memprediksikan Indonesia bakalan menjadi bangsa maju ke-5 di dunia.
Bagaimana tidak dikatakan sebagai bangsa yang maju ya ketika prestasi olah raga pun tak luput dari perhatian. Tak hanya pembinaan dari sisi pelatih saja, pemimpin bangsa pun tak mau lepas tangan. Dukungan terhadap beberapa cabang olah raga dilakukan oleh beliau melalui beberapa Kepres (sumber : sambutan Bu Rosarita Niken Widiastuti, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia pada tanggal 9 November 2018.
Bisa ditilik juga dari pemberian insentif kepada atlit pemenang Asian Games. Sungguh menggiurkan ya jumlahnya? Bagi sesiapa yang berprestasi memang layak jika Negara memberikan apresiasi yang sesuai dengan ikhtiar sang atlit untuk menjadi juara.
Selain dalam bidang olah raga, pemerintahan di bawah pimpinan Bapak Joko Widodo ini selama 4 tahun telah bekerja keras untuk menurunkan angka kemiskinan. Melalui jargon “Kita semua harus kerja agar orang lain pun bisa ikut bekerja” angka kemiskinan bisa bergeser turun ke angka yang sepertinya mustahil sepanjang masa. Namun buktinya, tingkat kemiskinan dari 10,2% berubah menjadi 9,8%.
Berpikir positif, optimis dan kreatif itu tidak mendadak jatuh dari langit. Butuh usaha dan tekad yang bulat.
Alhamdulillah hari ini tanggal 9 November 2018 saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti event keren yang dihelat oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Suntikan daya positif sebagai bangsa yang optimis dan kreatif tak hentinya diberikan oleh Kominfo kepada seluruh lapisan masyarakat.
Kali ini giliran para pengguna aktif internet, yaitu blogger, jurnalis dan siswa maupun mahasiswa yang bergabung dalam event ini. Ruang yang amat terbuka lebar di dunia maya sudah sewajarnya diisi oleh berbagai content yang membangun.
Sudah bebas hoax kah negara kita tercinta ini?
Justru di ujung jari para penggiat literasi dan pengguna aktif internet inilah dibutuhkan karya-karya nyata yang bisa menangkal hoax yang terus bermunculan. Santernya berita negatif yang menghantam kinerja pemerintahan di bawah pimpinan Presiden Joko Widodo bagaikan jamur yang terus bermekaran di musim hujan.
Sepanjang 4 tahun kepemimpinan beliau, banyak orang yang hanya sekedar melihat sosok Bapak Jokowi dalam sisi negatif sesuai perspektif mereka sendiri. Bahkan bukti turunnya angka kemiskinan pun tidak jua mengubah semua itu.
Padahal tau nggak sih, menurunnya angka kemiskinan ini salah satunya berkat kebijakan pemerintah terkait Dana Desa. Dahulu, banyak pemuda desa yang berbondong-bondong pergi menggantang hidup ke kota karena mudahnya mendapatkan kesempatan kerja di kota. Desa tercinta tempat kelahirannya ditinggalkan begitu saja.
Pernah baca impian Bapak Jokowi-JK untuk mewujudkan harapan mulia? Ya, lebih dikenal sebagai nawacita yang salah satunya membangun Indonesia sejak dari pinggiran. Maksudnya, kini pengembangan bangsa tidak hanya Jawa sentris, namun Indonesia sentris. Semua bagian negeri menjadi penting untuk dikembangkan.
Pembenahan infrastruktur memang tidak serta merta memberikan dampak langsung. Namun bagi kita yang mampu berpikir positif dan optimis, kemudahan transportasi makin mendukung para petani, nelayan dan orang-orang yang berada di pelosok desa untuk mendapatkan keuntungan ekonomi yang lebih tinggi, tak sekedar mengandalkan tengkulak. Euy...
so old fashioned banget ya tengkulak ;)
Saya amat tercerahkan dengan informasi yang disampaikan oleh ibu Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo RI, Rosarita Niken Widiastuti. Penyampaian hal-hal tersebut di atas dilakukan dengan tenang dan menarik.
Kreatifnya pemerintah saat ini ditunjukkan dengan pemberian dukungan terhadap pembangunan internet di berbagai wilayah Indonesia, baik bagian barat, tengah dan timur. Diharapkan interaksi dan akses internet yang merata dapat membuat makin pesatnya bisnis rakyat melalui UMKM Go Online. Sampai sedetail itu
added value yang direncanakan oleh pemerintah untuk kemakmuran bersama melalui digitalisasi usaha.
Saat ini, masa depan bangsa terletak di tangan kaum tua atau generasi milenial sih?
Tentu saja melalui bimbingan dan pikiran terbuka dari generasi baby boomer, generasi milenial dapat melesat pesat di berbagai bidang. Saat ini Kominfo telah membina 1.000 start up yang merupakan pelaku usaha berbasis IT (information technology).
Ada gunanya gitu memajukan start up?
Weits... ada dong. Hingga saat ini ada 4 start up yang sudah masuk level tinggi yang mendapat julukan Unicorn dengan salah satunya memiliki omzet hingga 5 milyar dollar, alias 60 trilyun dalam setahun.
Oya? Oyaaaaaa????
Baiklah, jika disebutkan Gojek, Traveloka, Tokopedia dan Bukalapak, apa yang bakalan terlintas di benak teman-teman? Apakah keempat start up ini muncul begitu saja dari dasar bumi?
Ketika telah memenuhi syarat, pemerintah akan mempertemukan start up dengan pemilik modal. Dan munculnya keempat Unicorn tadi merupakan bukti keseriusan pemerintah dalam digitalisasi pembangunan. Bahkan diakui dunia bahwa Gojek merupakan satu dari 50 korporasi yang mampu mengubah dunia.
Sungguh merupakan perubahan yang luar biasa ya dibandingkan dengan jaman dulu yang serba konvensional. Start up yang satu itu mampu menembus batas. Ketika orang kesulitan mendapatkan akses transportasi, Gojek mampu menghubungkan antara pemilik mobil ataupun motor untuk mengangkut orang maupun barang ke tempat tujuan. Hal yang tak pernah terpikirkan sebelumnya jauh sebelum era digital mendapatkan perhatian serius. Inilah yang kita kenal sebagai economic sharing.
Saat mengikuti event Flash Blogging yang diadakan di Po Hotel Semarang ini, saya pun jadi tahu bahwa Kominfo telah memaksimalkan digitalisasi generasi milenial melalui program Digital Talent bagi 20.000 orang. Beasiswa spesial ini diberikan kepada generasi milenial tentu saja melalui seleksi.
Ada beberapa sektor yang ditawarkan kepada para digital talent, ada cloud computing, digital business, cyber security dan sebagainya. Para generasi milineal berbakat ini akan dengan bangga menikmati kerja sama dengan Google, Microsoft ataupun perusahaan besar lainnya.
Oya, saya jadi ingat ketika dulu di media sosial bapak presiden kita dicemooh orang gara-gara menyampaikan pendapat tentang penggunaan drone. Dikatakan mimpi di siang bolong. Well, saat ini kita bisa melihat sendiri buktinya. Seberapa pesat perkembangan digital, mulai dari pembuatan content berupa tulisan hingga foto, bahkan video, yang kesemuanya merupakan hasil karya kreatif anak bangsa kita sendiri.
Tentu saja informasi negatif tadi tak akan pernah berhenti bermunculan, sebaik apapun usaha pengembangan ekonomi masyarakat dilakukan oleh pemerintah. Bahkan setelah 4 tahun Indonesia Kreatif dicanangkan. Di situlah ruang-ruang kosong yang tercipta layak diisi oleh blogger dan pengguna sosial media dengan menciptakan
content yang optimis dan kreatif.
Situasi dunia maya wajib ktia jaga bersama, karena kondisi di dunia maya ini sangat mempengaruhi dunia nyata. Oleh karena itu setiap dari diri kita semampu mungkin membiasakan dan menyebarkan kebiasaan baik alias etika dunia maya.
Setiap menghasilkan karya digital, kita harus menjunjung tinggi sisi Responsibility (tanggung jawab), Empati, kearifan dan otentikasi. Jangan sampai ya kita justru membuat negara kita yang telah melesat pesat ini kembali lagi ke jaman purbakala. ;)