Aih, sekarang kok kayaknya agak gendutan ya, Jeng?
Grrr...grwll...$%#@&xx*@
Adakah yang pernah mengalami pertanyaan seperti ini? Bisa juga mungkin kebalikannya, menyatakan "Kok kamu kurus banget sih sekarang...".
Ada yang bilang bahwa kalimat seperti itu basa-basi biasa. Dimana-mana orang bergaul juga butuh basa-basi, gitu katanya. Tapi sebenarnya banyak juga yang sudah tau jika statement seperti di atas itu bersifat judgemental juga.
Apalagi saat ucapan tersebut disampaikan kepada orang yang udah setengah mati diet. Udah susah payah diet, turun beberapa kilogram, eh giliran ketemu orang malah dibikin down gitu. Hanya dengan satu sapaan basa-basi loh itu semua perjuangan untuk menurunkan berat badan langsung hilang dalam sekejap.
UUGGGHHH.... SAKIIITTT...
Terus terang aku juga tipe yang rada kesel juga sih kalau ada yang keseringan mengucapkan basa-basi seperti di atas. Kesannya di dunia ini yang penting hanya soal bentuk tubuh aja.
Sebenarnya bentuk tubuh yang idel itu seperti apa sih? Apakah perempuan harus jadi seperti boneka Barbie? Pinggang kecil, pipi tirus, rambut blonde dan dada berisi. Ntar kalau seluruh isi dunia isinya seperti itu, apa nggak kayak etalase toko boneka ya. 😉
Nah, ungkapan bermuatan negatif kepada seseorang dengan menggunakan kondisi fisik inilah yang disebut dengan body shaming.
Stop Body Shaming dari Lingkaran Terdekatmu
Siapa sih yang tidak ingin dipuji oleh orang lain dengan penampilannya. Orang berlomba-lomba melengkapi fashion terkininya, bahkan tak segan merogoh kocek yang dalam demi mendapatkan penampilan fisik yang sempurna menurut kaca matanya sendiri.
Dari mana sih orang bisa tiba-tiba menilai orang lain?
MATA.
Yes, visual merupakan indera pertama yang kita miliki untuk merekam kesan pertama. Si ini gendut lah, si itu kerempeng lah, si anu bajunya nggak matched lah, si X sepatunya buluk. Terus aja gitu ya kamera visual kita merekam gambar.
Hal ini lah yang membuat manusia sering memberikan komentar terhadap penampilan orang lain. Orang dengan postur tubuh tertentu bisa jadi kita rekam secara khusus dan tinggal tunggu waktu saja hingga komentar itu muncul ke permukaan.
Wanita suku Kayan yang tinggal di Myanmar, sumber : travel.tribunnews.com |
Saat kita melihat foto wanita suku Kayan yang tinggal di Myanmar ini, apa kira-kira yang terlintas di benak? Cantik kah? Aneh kah? Mari jujur pada diri sendiri, sebenarnya body shaming itu berawal dari siapa dan dari mana? 😉
Berkaitan dengan hal tersebut, aku jadi tertarik banget ketika #AkademiBerbagi di Semarang mengangkat topik ini untuk dibahas. Pembicaranya psikolog muda Diana Mayorita yang dalam kesehariannya merupakan Psikolog Klinis Seksual. Saat ini Diana Mayorita yang biasa disapa Yori memiliki tempat praktek bernama Maragama di Jl. Sapta Prasetya I no. 7 Semarang.
Diana Mayorita @celotehyori_ |
Sterotypes shape our perceptions. Hal ini disampaikan oleh Yori dan terus terang aku setuju banget. Menurutku ini benar sekali. Sebagai contoh, ketika kita melihat ada gumpalan lemak di pinggang orang, serta merta di benak kita bisa jadi muncul pendapat bahwa orang itu malas, kebanyakan makan dan kurang olah raga.
Oh ya, ini pun terjadi pada diriku sendiri. Tak hanya menilai orang lain lho, kadang kita melakukan body shaming pada diri kita sendiri.
Apa jadinya ketika penilaian itu kita sampaikan kepada orang yang memiliki self esteem rendah? Bukan tidak mungkin, dari satu penilaian ke penilaian yang lain orang tersebut lama-lama bisa depresi. Tentunya dampak buruk ini tidak kita inginkan ya.
Saat mengikuti kelas Akademi Berbagi ini, aku jadi tau bahwa kegemaran menilai penampilan orang lain itu ternyata salah satu bentuk self defense mechanism. Di dalam diri orang tersebut sebenarnya ada tumpukan rasa tak puas terhadap badannya sendiri. Bukannya mencoba berdamai dengan diri sendiri, orang tersebut justru melakukan body shaming ke orang lain.
Oleh karena itu perlu banget dari diri kita sendiri, biasakan untuk berdamai dengan badan kita. Jika berasa begah karena berat badan sudah berlebih, ya udah diet atau olah raga. Hal itu kita lakukan semata-mata demi kesehatan, bukan karena risih dikata-katain orang.
Begitu juga perlakuan kita kepada orang lain. Terutama di dalam keluarga nih, saling mengejek itu sering terjadi kan. Suka panggil "ndut" untuk kakak atau adik yang memiliki badan lebih gede. Permulaan body shaming seperti ini kalau terbiasa dilakukan, lama kelamaan akan keterusan dan makin melebar obyeknya ke orang di luar keluarga.
Perlu diwaspadai ya, ketika kita terbiasa mengucapkan hal yang tidak mengenakkan terkait dengan kondisi fisik, bisa jadi kita akan dengan mudah menyampaikannya kepada orang lain yang kita temui kapan pun dan dimana pun. Ketika kondisi psikis orang lain itu sedang tidak baik, bisa jadi reaksinya akan kurang baik untuk si body shamer (pelaku body shaming). Jadi waspadalaahhh... waspadalaaahh...
Please be careful with your words.
Lalu bagaimana nasib orang yang menjadi korban body shaming?
Ingat nggak dengan film Titanic? Kapal pesiar yang diklaim sebagai kapal paling canggih dan teraman di dunia. Bahkan kapal secanggih itu pun ketika lepas kontrol sedikit saja dan menabrak gunung es, akibatnya bisa fatal.
Begitu juga dengan diri kita sendiri. Tentunya amat susah ya mengatur banyak orang untuk memahami diri kita. Apalagi yang tipe-tipe netizen julid. Bukannya mengangkat sesuatu yang membangkitkan semangat malah sibuk ngomongin kejelekan orang. Tak hanya presiden yang dihujat, bisa jadi aktor, tokoh politik, bahkan teman sendiri pun jadi obyek body shaming.
Kita harus mampu mengontrol diri kita sendiri. Seburuk apapun orang mengatakan sesuatu kepada kita, toh hidup harus terus berjalan. Justru di situlah letak tantangan untuk membuktikan bahwa kita tak akan jatuh hanya karena penilaian orang lain terhadap bentuk badan kita.
Body shaming ini bisa mengarah ke bullying. Apalagi kini sudah jamannya semua bisa diupload. Seseorang bisa saja menjatuhkan orang lain hanya dengan satu postingan berisi bullying. Jika berkaitan dengan kondisi fisik, ini sudah termasuk body shaming.
Saat mengikuti kelas Akademi Berbagi ini, aku jadi tau bahwa kegemaran menilai penampilan orang lain itu ternyata salah satu bentuk self defense mechanism. Di dalam diri orang tersebut sebenarnya ada tumpukan rasa tak puas terhadap badannya sendiri. Bukannya mencoba berdamai dengan diri sendiri, orang tersebut justru melakukan body shaming ke orang lain.
Oleh karena itu perlu banget dari diri kita sendiri, biasakan untuk berdamai dengan badan kita. Jika berasa begah karena berat badan sudah berlebih, ya udah diet atau olah raga. Hal itu kita lakukan semata-mata demi kesehatan, bukan karena risih dikata-katain orang.
Begitu juga perlakuan kita kepada orang lain. Terutama di dalam keluarga nih, saling mengejek itu sering terjadi kan. Suka panggil "ndut" untuk kakak atau adik yang memiliki badan lebih gede. Permulaan body shaming seperti ini kalau terbiasa dilakukan, lama kelamaan akan keterusan dan makin melebar obyeknya ke orang di luar keluarga.
Perlu diwaspadai ya, ketika kita terbiasa mengucapkan hal yang tidak mengenakkan terkait dengan kondisi fisik, bisa jadi kita akan dengan mudah menyampaikannya kepada orang lain yang kita temui kapan pun dan dimana pun. Ketika kondisi psikis orang lain itu sedang tidak baik, bisa jadi reaksinya akan kurang baik untuk si body shamer (pelaku body shaming). Jadi waspadalaahhh... waspadalaaahh...
Please be careful with your words.
Bersama Diana Mayorita, nara sumber #AkberSMG157 yang memberikan paparan seputar body shaming |
Control the ship, not the sea
Berkaitan dengan body shaming, di atas sudah dibahas latar belakang kenapa seseorang melakukannya. Dan yang model seperti ini tidak hanya satu dua orang saja di dunia. Banyaaaakk...Lalu bagaimana nasib orang yang menjadi korban body shaming?
Ingat nggak dengan film Titanic? Kapal pesiar yang diklaim sebagai kapal paling canggih dan teraman di dunia. Bahkan kapal secanggih itu pun ketika lepas kontrol sedikit saja dan menabrak gunung es, akibatnya bisa fatal.
Begitu juga dengan diri kita sendiri. Tentunya amat susah ya mengatur banyak orang untuk memahami diri kita. Apalagi yang tipe-tipe netizen julid. Bukannya mengangkat sesuatu yang membangkitkan semangat malah sibuk ngomongin kejelekan orang. Tak hanya presiden yang dihujat, bisa jadi aktor, tokoh politik, bahkan teman sendiri pun jadi obyek body shaming.
Kita harus mampu mengontrol diri kita sendiri. Seburuk apapun orang mengatakan sesuatu kepada kita, toh hidup harus terus berjalan. Justru di situlah letak tantangan untuk membuktikan bahwa kita tak akan jatuh hanya karena penilaian orang lain terhadap bentuk badan kita.
Body shaming ini bisa mengarah ke bullying. Apalagi kini sudah jamannya semua bisa diupload. Seseorang bisa saja menjatuhkan orang lain hanya dengan satu postingan berisi bullying. Jika berkaitan dengan kondisi fisik, ini sudah termasuk body shaming.
Penting sekali ya peran para influencer untuk campaign body positivity. Dan tampaknya campaign ini sudah banyak tersebar di sosial media, bisa dilacak dengan hastag #bodypositivity.
Apa yang bisa kita lakukan secara pribadi untuk melawan body shaming?
Yori menambahkan bahwa kita sudah selayaknya mengambil peran untuk mengontrol diri sendiri. Lakukanlah kontemplasi untuk menghadapi berbagai ucapan tidak menyenangkan yang tertuju pada diri kita. Diri kita inilah yang menjadi nakhoda yang menentukan ke arah mana terus melaju meski ombak di lautan datang menghantam.
Para peserta #AkberSMG157, nikmatnya bergabung dengan yang muda-muda euy, jadi berasa muda juga 😍 |
The human body is the best work of art.
(Jess C. Scott)
Orang terkadang selalu mencari kelemahan orang lain, Mbak. Hmm.. kesel ya kalau ada orang seperti ini, udah lah Mbak. Semoga kita dijauhkan dari orang-orang yang basa-basinya nyelekitin orang lain.
BalasHapusMemang body shaming ini kalau dibiarin bisa berujung stres dan depresi, huhuhu. Tapi makin kesini saya makin cuek aja sih dan hanya percaya dengan saran dari orang terdekat saja yang benar-benar tulus.
BalasHapus"Lagi hamil?"
BalasHapus"Gendut sekarang, ya. Padahal dulu kurus banget."
2 kalimat yang selalu ditujukan ke saya. Rasanya .... errrrgggh!! Tetapi, setuju juga biarpun kesel kayak gimana, kontrol seharusnya tetap ada di diri sendiri.
Tadinya saya suka uring-uringan banget. Sekarang bodo amat, lah. Yang penting sehat dan bahagia.
dulu, waktu masih kecil . disebut kurus. ada yang dibilang gemuk. ya walau kesel dengernya. tapi kalau meilihat teman-teman tersenyum . malah ikut tertawa.
BalasHapuscuma kok sekarang pada sensi ya bun :( . dikit dikit penjara nunggu
Waduuhh...sampe penjara segala, segampang itu kah masuk penjara? ;)
HapusGa pa2 lah, belajar menghargai orang lain itu kan sebenarnya sama dengan menghargai diri sendiri. Becandaan yang kebangeten kan hanya utk orang2 terdekat saja. Kalau sampai kebablasan ke orang lain bisa berabe ntar.
benar suka kesal kalo ada yang berulang kali kometar soal tubuh.
BalasHapusSaat gemukan dikomentari. Saat kurusan eh dikomentari lagi. Malah pernah saya kurus banget, dikomentari terus seolah sedang sakit. Saya bilang tidak, eh orang itu nyerocos terus sembari menyarankan obat ini obat itu. Ihhhh gemezzzz.
Aku juga sering dibilang ihh kok gendutan sih, trus kujawab kamu kok makin cantik...huhuh....sama sama keluar ucapan, mengapa gak mengeluarkan kata kata yang positif ya....
BalasHapusSetuju banget, kita harus makin hati2 dg komentar kita, lesan maupun tulisan. Karena kadang2 apa yg kita maksudkan becanda pun bisa melukai orang lain
BalasHapus. TFS hasil Akber ini, dik..
Hadeh, Mbak, aku pegel hati juga sih kalo setiap kali kumpul sama keluarga besar suami atau keluarga besar ibuku. Selalu, kalo ketemu yang dikomentari soal BB. Sumpah sedih banget. Kayak gak ada bahasan lain yg bisa ditanyain. Yg bikin males kumpul2 ya kayak gini nih.
BalasHapusDuh, semoga aku bukan termasuk body shammer ya. Menurutku sih, nggak banget deh merendahkan orang dari sisi fisiknya
BalasHapusNggak layak manusia dihina utk sesuatu yg bukan usahanya. Dan utk sesuatu yg bisa diubah, mending kasi dukungan ya daripada cuma komen yg bikin sakit hati
HapusBodyshaming itu kadang sudah diawali sejak kecil, contohnya Fathan khan kepalanya dibotakin, dia sampai mogok nggak mau sekolah karena diejek teman-temannya
BalasHapusHwaaa...dan lgsg ingat2 pernah gini kg gak ke temen2 pasca baca artikel mba uniek. Hmmm. Makasih sudah diingatkan y mbak.. emg kok rasane syakkit gt kl diingatkan soal fisik ya. Padal setiap org cantik/ganteng dgn fisiknya masing2. Yg pntg attitude 😁
BalasHapusSungguh hrs hati2 urusan body gini ya mbak. Bisa menyinggung jg. Buat yg baperan bisa lgs tersinggung. Btw ada sodaraku dulu ndut. Skr kurus. Tp panggilannya tetep si ndut. Untung orange its ok
BalasHapusKalau saya mmiris banget Mbaaaak, ada di lingkungan terdekatku yang menggunakan body shaming untuk penggilan malah Mbak. Perlahan-lahan saya sampaikan kepada orang yang lebih terbuka, supaya tidak menggunakan body shaming untuk panggilan,
BalasHapusDUlu orang anggap sepele ya mba pas godain fisik orang. Skarang banyak yang mengatur dan satu sisi kita pun nggak bisa seenaknya saja ngeledek body orang. Setuju untuk menghentikan body shamming karena nggak lucu blas :)
BalasHapusMbak, kalau niat kita memuji gimana ya?? Misal temenku dr dulu kurus dan selaku ngeluhkan pengen gemuk. Terus dia udah usaha macem2 sampe akhre gemuk juga. Nahh aku cuma alhamdulillah say sekarang kamu udah gemuk. Hehe . Bukan body shaming kan ya??
BalasHapusSaya mendukung sekali stop body shamming. Biar orang dapat mencerna terlebih dahulu apa yang ingin diucapkan. Anak saya selalu mendapat celetukan mengarah fisik dari beberapa ibu-ibu, sakitnya tuh disini hiks
BalasHapusHuhu, aku kayaknya masih melakukan body shaming terhadap diri sendiri, baca ini serasa ditampar, makasih yah mba sharingnya. Mulai sekarang gak boleh body shaming lagi, harus belajar menerima diri sendiri
BalasHapusAku dulu dikatain pendek. Duh sakit hati banget. Iya tau saya pendek, tapi gak usah terang2 ngan gitu. Jadinya ya Mbak, aku terbiasanya nyebut orang dg panggilan baik, gak mau ngatain karena pernah ngrasain body shaming
BalasHapusSering juga saya alamin bodu shaming ini. Biasanya mereka nanya, "Ibu lagi hamil yah?"
BalasHapusSudah tahu saya sudah menopaus dan gendut masih saja tanya seperti itu. Tapi tak apalah, biasanya saya hanya jawab santai, "Iya saya lagi hamil, hamil lemak wkwkwkwk" hahaha..
Makasih mba Uniek tulisannya dan buat saya sadar kalau saya sepertinya sudah melakukan body shaming kepada diri saya sendiri ,, karena ya saya tidak percaya diri aja gitu huhu apalagi kalau temen bilang kok badan lo tambah melar sih? Duhh nyess banget lah pokoknya.
BalasHapusTapi sekarang insya Allah mulai belajar bersyukur dan menerima tubuh kita sendiri apa adanya.
Semoga blogger yang sering body shaming ke aku baca ini mbak...jujur aku kesell banget.
BalasHapuskemarin aku barusan sahring di instastory tentang body shaming. karena kebetulan aku anak hukum jadi aku membahas dari kacamata hukum, nah body shaming itu bisa dikenai UU HAM, kalau dipublikasikan di sosial media bisa dikenakan UU ITE Juga lho
BalasHapusmudah-mudahan para body shamer pada baca ini, biar gak sekate-kate lagi :D
BalasHapusHiks salah satu cara biasanya aku silent rider mba di manapun itu takut kalo ada kata2 yg mencela dan jd nyakitin org.. koment disosmed pun seperlunya,
BalasHapusDuuh mbak Uniek ngapunten kemarin aku becanda pas di grup. Huhuhuhu
BalasHapusaku gasuka banget kalo ada yang ngomongin body shaming, ga suka bangetttt, tubuh itu kan ciptaan tuhan, semua udah dikasih yg terbaik jadi g perlu lah jelek2in anggota tubuh orang lain:(
BalasHapusAku kenyang banget dari dulu dikatain kurus, Mbak Un. Paling kezel kalau ada meme yang bilang bahwa istri yang gendut artinya dia bahagia. Terus maksudnya istri yang kurus itu nggak bahagia dan penuh dengan siksaan batin apa gimana? *KZL!
BalasHapusBanyak yang bilang jadi orang gemuk rentan body shamming. Ternyata toh sama aja. Mau gemuk atau kurus udah sih, bahagia dengan diri sendiri aja, nggak udah pake merendahkan orang lain. Huhuu, pagi-pagi udah terpancing nih, hahhaha.
Makasih banyak sharingnya ya Mba, noted banget tuh yang cntrol the ship, not the sea. Laff!
Kalo aku sering dibilang tambah kurusan sih Nyi, heheheh padahal aku udah nambah agak naik lho timbangannya hihihi.Baru tahu istilahnya adalah body shaming. Semoga semakin banyak yang sadar dengan adanya sharing dari akber ini ya Mba Uniek.
BalasHapusSetelah pernah jadi korban bullying aku pun pernah jadi korban body shaming. Tapi aku punya kebiasaan buruk memanggil temanku dengan sebutan "Gendut" sejak dulu masih SD. Semoga sebentar lagi aku harus menghilangkan kebiasaan buruk itu deh.
BalasHapusSetuju! Banyak dari kita yang ngg sadar lakukan itu! Mari sama-sama fokus pada hal baik instead of bullying dalam bentuk body shaming ini. Remember, beauty is in the eyes of the beholder
BalasHapusGak semua org tau kalau body shamming itu ngeselin. Soalnya suka ada yang basa basi kyk gtu. Ya kita mulai dr diri sendiri supaya tahan2 komentar ttg fisik org ya mbak :D
BalasHapusKadang suka gemess (kesel) kalo udah ada orang yang ngebahas penampilan orang lain, padahal semua orang punya kelebihan dan kelemahan masing-masing ya..
BalasHapusBerharap informasi ini sampai ke semua orang sehingga tidak ada lagi bullying yang berkedok body shaming.
BalasHapusKebiasaan kecil yang bisa menyakiti perasaan orang lain kalau dibiarkan berkembang. Termasuk seringnya aku digituin.
Body shaming ini nyebelin bangeett...
BalasHapusAku suka basa-basi juga siih...tapi yang kira-kira bisa ga nyakitin orang lain.
Semoga ga ada yang tersakiti dengan lisan ini yaa..
Aku nih sejak menjadi gendut, jadi sering kena body shaming wkwk... dan sebenarnya bisa balas, "daripada kamu kurus banget kayak kurang makan," tapi ya gak kubalas..Cukup dalam hati aja jiyaaah...
BalasHapusterkadang ini memang refleks gitu ya Mbak, apalagi klo misal di keluarga yang atas nama itu adalah panggilan kesayangan untuk si A karena dia "ndut" misalnya. duuhh, padahal si A itu belum tentu akan selalu nyaman yaaa dipanggil demikian.
BalasHapusharus selalu bisa kontrol diri ini klo mau panggil seseorang, sebutlah nama orang sesuai namanya :)
waktu kecil saya korban body shaming ini, Mba. Oleh teman-teman saya dipanggil si kerempeng dan itu berhasil membuat rasa percaya diriku jatuh ke titik terendah. Makanya sebisa mungkin saya menghindari untuk memanggil orang dengan menyinggung fisiknya karena saya tahu rasanya seperti apa :(
BalasHapus