Ihh... serem laaah... tempatnya aja beraura gelap gitu.
Males aaahh... ngapain ke sana, ga ada yang menarik.
Pendapat ini sering kudengar manakala membincang kunjungan wisata ke tempat-tempat sekelas cagar budaya Indonesia. Tempat yang menurutku menarik dan penuh kisah, namun bagi mereka yang berusia belasan hingga remaja dewasa kok malah berkesan ngeri.
Sediih... sedih rasanya hatiku ketika memikirkan hal ini lebih lanjut. Padahal Bapak Bangsa pernah meminta kita untuk Jas Merah kan ya : Jangan Sekali-Sekali Melupakan Sejarah.
Jika menilik dari satu sisi memang rasanya miris sih ya. Seakan-akan anak muda jaman sekarang tidak punya rasa cinta kepada negerinya sendiri.
Namun kita juga tak bisa menepis kenyataan bahwa masa mulai bergeser. Bukan kecintaan terhadap negeri yang mulai menipis, namun kecenderungan orang bisa tertarik secara visual mulai bergeser.
Ya, aku yakin anak-anak seusia buah hatiku bukannya tak menyukai berbagai bangunan cagar budaya, namun perlu rangsangan khusus untuk memikat hati mereka. Hal ini sesuai dengan kecenderungan perilaku mereka Generasi Y maupun Generasi Z yang amat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi.
Pemanfaat teknologi telah membuat anak muda masa kini sadar akan estetika dan daya tarik visual. Mereka hanya akan tertarik pada hal-hal yang tampak secara kasat mata sebagai tampilan yang indah. Hal ini sesuai dengan kodrat manusia yang memang selalu menyukai keadaan serba indah.
Lalu, dimana letak permasalahannya sehingga kaum milenial menjadi tidak suka menikmati kekayaan warisan leluhur yang ada, termasuk cagar budaya Indonesia?
Ada beberapa sebab yang membuat generasi muda tak suka mendatangi berbagai tempat wisata yang berkaitan dengan sejarah, misalnya museum, candi, kota tua dan bangunan-bangunan bersejarah lainnya. Hal tersebut biasanya terkait dengan :
1. FAKTOR EKONOMI
Tak jarang ada anggapan bahwa tiket masuk ke lokasi cagar budaya itu kemahalan. Jika konversinya dengan harga beras, ya memang sih mendingan untuk belanja daripada untuk piknik.
Lagian kalau mau piknik ya mending ke tempat yang penuh keceriaan. Ngapain juga ya jauh-jauh piknik kok malah ke kota tua atau bangunan bersejarah yang suram?
2. PENGARUH ORANG TUA
Makin tingginya persaingan kerja dan meningkatnya harga-harga kebutuhan sehari-hari membuat banyak orangtua yang apatis terhadap apresiasi kebudayaan. Cari makan aja sulit kok ya repot main ke candi, gitu kalik ya?
Pandangan orangtua yang menganggap tidak penting untuk mengetahui budaya leluhur dan sejarah lokal membuat anak-anak dan remaja makin apatis. Apalagi ketika mereka sudah terlalu asyik tenggelam dengan gadget yang ada di tangan. Tak perlu kemana-mana toh sudah bahagia kan?
3. MINIMNYA ATRAKSI
Kurangnya minat mengunjungi cagar budaya salah satunya karena minimnya atraksi yang disajian di tempat tersebut. Ngapain coba mendatangi bangunan tua, candi ataupun museum yang bagaikan benda mati menatap nyalang tanpa ada keramahan sama sekali?
Anggapan seperti ini merupakan tantangan tersendiri bagi pengelola cagar budaya. Tak sekadar melakukan perawatan terhadap aset cagar budaya saja, penambahan hal-hal yang membuat anak muda tertarik untuk terus berkunjung ke sana pun juga penting.
4. KURANG INFORMATIF
Sebagian besar bangunan ataupun kawasan cagar budaya menyimpan pesan istimewa untuk dipahami. Hanya saja tidak semua anak muda memiliki ketertarikan pada sejarah dan membaca banyak buku terkait hal tersebut.
Berbagai lokasi wisata sejarah hanya memajang foto berderet-deret. Bangunan indah nan magis tampak bagaikan barang beku karena tiada pemandu yang bisa menyampaikan makna-makna yang tersimpan di balik relief ataupun pola bangunan tersebut.
Dengan melihat keempat kendala di atas, masihkah kita semua akan menyalahkan anak muda yang tampak tak mencintai dan tak berminat untuk merawat kekayaan budaya negeri?
Keberadaan cagar budaya tak lepas dari perhatian pemerintah yang melindungi keberadaannya dan pengelolaannya. Ada beberapa bangunan cagar budaya yang berada di kawasan cagar budaya tetap menjadi milik pribadi.
Mana saja sih wilayah di Semarang yang masuk kawasan cagar budaya?
Berdasar Peraturan Daerah Kota Semarang no. 14 tahun 2011, ada beberapa kawasan yang masuk ke dalam klasifikasi cagar budaya, yaitu :
Ada 14 kawasan yang secara khusus masuk sebagai kawasan cagar budaya di Semarang. Salah satu bangunan ikonik yang berada di Kawasan Tugu Muda yang tentunya sudah tidak asing lagi bagi kita semua adalah Lawang Sewu.
Sejarah terbentuknya Lawang Sewu bisa dicari dari berbagai sumber. Dalam artikel ini tidak akan dibahas secara mendetail. Kali ini kita akan lebih mengarah pada bagaimana kemasan wisata di bangunan cagar budaya ini mampu menyedot animo pengunjung yang setiap harinya tak pernah berhenti mengalir. Sejak pagi, siang hingga sore, pengunjung akan terlihat memadati Lawang Sewu.
Meskipun ada kesan horor yang sengaja ditiupkan oleh pihak-pihak tertentu, konsep atraksi wisata yang disajikan oleh Lawang Sewu membuat kalangan anak muda dengan senang hati mendatangi tempat tersebut.
Beberapa daya pikat khas anak muda yang disajikan Lawang Sewu adalah sebagai berikut :
Tulisan ini diikutsertakan dalam Kompetisi Blog Cagar Budaya Indonesia "Rawat atau Musnah". Kuuyy pada ikutan untuk memberikan sumbang saran dan opini terkait kecintaan kita terhadap Cagar Budaya Indonesia. Kalau bukan kita, siapa lagi yang harus peduli?
Sumber bacaan :
Jika menilik dari satu sisi memang rasanya miris sih ya. Seakan-akan anak muda jaman sekarang tidak punya rasa cinta kepada negerinya sendiri.
Namun kita juga tak bisa menepis kenyataan bahwa masa mulai bergeser. Bukan kecintaan terhadap negeri yang mulai menipis, namun kecenderungan orang bisa tertarik secara visual mulai bergeser.
Ya, aku yakin anak-anak seusia buah hatiku bukannya tak menyukai berbagai bangunan cagar budaya, namun perlu rangsangan khusus untuk memikat hati mereka. Hal ini sesuai dengan kecenderungan perilaku mereka Generasi Y maupun Generasi Z yang amat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi.
Pemanfaat teknologi telah membuat anak muda masa kini sadar akan estetika dan daya tarik visual. Mereka hanya akan tertarik pada hal-hal yang tampak secara kasat mata sebagai tampilan yang indah. Hal ini sesuai dengan kodrat manusia yang memang selalu menyukai keadaan serba indah.
Kurangnya Atensi Anak Muda Pada Cagar Budaya Indonesia
Lalu, dimana letak permasalahannya sehingga kaum milenial menjadi tidak suka menikmati kekayaan warisan leluhur yang ada, termasuk cagar budaya Indonesia?
Ada beberapa sebab yang membuat generasi muda tak suka mendatangi berbagai tempat wisata yang berkaitan dengan sejarah, misalnya museum, candi, kota tua dan bangunan-bangunan bersejarah lainnya. Hal tersebut biasanya terkait dengan :
1. FAKTOR EKONOMI
Tak jarang ada anggapan bahwa tiket masuk ke lokasi cagar budaya itu kemahalan. Jika konversinya dengan harga beras, ya memang sih mendingan untuk belanja daripada untuk piknik.
Lagian kalau mau piknik ya mending ke tempat yang penuh keceriaan. Ngapain juga ya jauh-jauh piknik kok malah ke kota tua atau bangunan bersejarah yang suram?
2. PENGARUH ORANG TUA
Makin tingginya persaingan kerja dan meningkatnya harga-harga kebutuhan sehari-hari membuat banyak orangtua yang apatis terhadap apresiasi kebudayaan. Cari makan aja sulit kok ya repot main ke candi, gitu kalik ya?
Pandangan orangtua yang menganggap tidak penting untuk mengetahui budaya leluhur dan sejarah lokal membuat anak-anak dan remaja makin apatis. Apalagi ketika mereka sudah terlalu asyik tenggelam dengan gadget yang ada di tangan. Tak perlu kemana-mana toh sudah bahagia kan?
3. MINIMNYA ATRAKSI
Kurangnya minat mengunjungi cagar budaya salah satunya karena minimnya atraksi yang disajian di tempat tersebut. Ngapain coba mendatangi bangunan tua, candi ataupun museum yang bagaikan benda mati menatap nyalang tanpa ada keramahan sama sekali?
Anggapan seperti ini merupakan tantangan tersendiri bagi pengelola cagar budaya. Tak sekadar melakukan perawatan terhadap aset cagar budaya saja, penambahan hal-hal yang membuat anak muda tertarik untuk terus berkunjung ke sana pun juga penting.
4. KURANG INFORMATIF
Sebagian besar bangunan ataupun kawasan cagar budaya menyimpan pesan istimewa untuk dipahami. Hanya saja tidak semua anak muda memiliki ketertarikan pada sejarah dan membaca banyak buku terkait hal tersebut.
Berbagai lokasi wisata sejarah hanya memajang foto berderet-deret. Bangunan indah nan magis tampak bagaikan barang beku karena tiada pemandu yang bisa menyampaikan makna-makna yang tersimpan di balik relief ataupun pola bangunan tersebut.
Dengan melihat keempat kendala di atas, masihkah kita semua akan menyalahkan anak muda yang tampak tak mencintai dan tak berminat untuk merawat kekayaan budaya negeri?
Cagar Budaya di Semarang yang Hits Bagi Anak Muda
Keberadaan cagar budaya tak lepas dari perhatian pemerintah yang melindungi keberadaannya dan pengelolaannya. Ada beberapa bangunan cagar budaya yang berada di kawasan cagar budaya tetap menjadi milik pribadi.
Mana saja sih wilayah di Semarang yang masuk kawasan cagar budaya?
Berdasar Peraturan Daerah Kota Semarang no. 14 tahun 2011, ada beberapa kawasan yang masuk ke dalam klasifikasi cagar budaya, yaitu :
Ada 14 kawasan yang secara khusus masuk sebagai kawasan cagar budaya di Semarang. Salah satu bangunan ikonik yang berada di Kawasan Tugu Muda yang tentunya sudah tidak asing lagi bagi kita semua adalah Lawang Sewu.
Sejarah terbentuknya Lawang Sewu bisa dicari dari berbagai sumber. Dalam artikel ini tidak akan dibahas secara mendetail. Kali ini kita akan lebih mengarah pada bagaimana kemasan wisata di bangunan cagar budaya ini mampu menyedot animo pengunjung yang setiap harinya tak pernah berhenti mengalir. Sejak pagi, siang hingga sore, pengunjung akan terlihat memadati Lawang Sewu.
Meskipun ada kesan horor yang sengaja ditiupkan oleh pihak-pihak tertentu, konsep atraksi wisata yang disajikan oleh Lawang Sewu membuat kalangan anak muda dengan senang hati mendatangi tempat tersebut.
Beberapa daya pikat khas anak muda yang disajikan Lawang Sewu adalah sebagai berikut :
- Lawang Sewu terbuka untuk berbagai event yang rata-rata dihelat oleh anak muda.
- Biaya masuk yang sangat terjangkau
- Banyak spot menarik yang bakalan instagramable bagi pengunjung
- Ada spot khusus yang bisa disewa untuk lokasi pemotretan pre wedding ataupun event khusus lainnya
- Tersedia pemandu wisata yang terlatih dengan kompensasi sesuai budget kita
- Benda bersejarah yang menggambarkan perjalanan dunia perkeretaapian yang berawal dari Semarang, kota yang memiliki stasiun besar pertama kali di Indonesia.
Jika Lawang Sewu yang kuno dan sempat mangkrak saja bisa bangkit dan menjadi idola wisata semua kalangan, bukan tak mungkin bangunan cagar budaya lain bisa hits juga di kalangan anak muda.
Selain merawat bangunan bersejarah agar tak mudah rusak dengan membatasi kunjungan per harinya, yang tak kalah penting adalah membuat konsep digital yang menarik bagi anak muda. Pengelolaan media sosial sepertinya WAJIB diterapkan agar makin banyak orang yang tahu tentang berbagai cagar budaya di Indonesia.
Dunia ada dalam genggaman sudah menjadi prinsip anak muda jaman now. Pola perilaku inilah yang bisa digunakan untuk melakukan pendekatan kepada mereka.
Coba deh adakan kuis atau lomba terkait dengan masing-masing lokasi cagar budaya, bakalan diramaikan oleh kreativitas anak muda dari berbagai penjuru tanah air.
Nah kaaann... siapa bilang Cagar Budaya Indonesia tidak bisa ngehits di kalangan anak muda? Rasa cinta tanah air anak muda juga tinggi kok, tidak bisa dianggap enteng.
Selain merawat bangunan bersejarah agar tak mudah rusak dengan membatasi kunjungan per harinya, yang tak kalah penting adalah membuat konsep digital yang menarik bagi anak muda. Pengelolaan media sosial sepertinya WAJIB diterapkan agar makin banyak orang yang tahu tentang berbagai cagar budaya di Indonesia.
Dunia ada dalam genggaman sudah menjadi prinsip anak muda jaman now. Pola perilaku inilah yang bisa digunakan untuk melakukan pendekatan kepada mereka.
Coba deh adakan kuis atau lomba terkait dengan masing-masing lokasi cagar budaya, bakalan diramaikan oleh kreativitas anak muda dari berbagai penjuru tanah air.
Nah kaaann... siapa bilang Cagar Budaya Indonesia tidak bisa ngehits di kalangan anak muda? Rasa cinta tanah air anak muda juga tinggi kok, tidak bisa dianggap enteng.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Kompetisi Blog Cagar Budaya Indonesia "Rawat atau Musnah". Kuuyy pada ikutan untuk memberikan sumbang saran dan opini terkait kecintaan kita terhadap Cagar Budaya Indonesia. Kalau bukan kita, siapa lagi yang harus peduli?
Sumber bacaan :
- Peraturan Daerah Kota Semarang no. 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang
- https://www.heritagefund.org.uk/discussions/my-top-10-tips-exploring-heritage-young-people
- https://www.hotels.com/go/mexico/great-unesco-sites-mexico
- https://aer.eu/discussing-cultural-heritage-at-the-2018-summer-academy-plenary-sessions/
- https://advisor.museumsandheritage.com/supplier-news/heritage-attractions-enough-attract-young-visitors/
Sering ku mendenga cagar budaya "Lawang Sewu" dengan khas pintu berjejer itu yo mbak, hehehhe. Btw, setuju usulan mbak Uniek, kudu mengadakan kuis atau lomba terkait lokasi cagar budaya, biar orang lebih banyak tahu ttg cagar budaya Indonesia. Biar tambah ngehits lagi :)
BalasHapusIya ya Mbak seperti lomba Cagar Budaya Indonesia yang sekarang digelar. Makin meningkatkan awareness kepada masyarakat.
HapusWisata heritage memang lagi lumayan hits ya mbak, baguslah kalau kalangan mudanya sudah mulai melirik cagar budaya.
BalasHapusFoto di lawang sewu keren mbak, dulu saya kesana pas renov jd di tutup 🤦♀
Lawang sewu tentu HITS TENAN ya mbaaaa
BalasHapusAku beberapa kali ke SMG belum sempat mampir sana, euyy
Millenials dan kita semua wajib banget concern akan cagar budaya.
sama2 menjaga dan melestarikan.
ini wujud kebanggaan kita semua sebagai warga yg baik, ya kan?
Semarang banyak juga ya Mbak yang termasuk cagar budaya. Aku juga nih termasuk yang baru melihat Lawang Sewu dari kejauhan udah merinding disko. hahaha
BalasHapusinget waktu ajak boyz ke lawang sewu. namanya anak cowok, mereka lebih tertarik sama keretanya hihihi. but mereka bisa enjoy juga diajak liat diorama dan video singkat serta benda2 yg ada di museum
BalasHapusWahahaha yang penting sudah berusaha mengenalkan dan mendekatkan cagar budaya ke generasi muda yaaaa
HapusNAAAH.. setuju dengan salah satu pelestarian LAWANG SEWU yang sukses ini ya jeng Uniek, sehingga kita berduyun duyuuun gitu merasakan sensasi ngintip ngintip di pintunya
BalasHapusMenurutku memang harus diangkat ke permukaan sih, kelebihan si cagar budaya ini, biar "instagrammable" dan berdaya guna!
Aku kangen ke Lawang Sewu mbak, yuk kopdar di sana kapan-kapan sambil dengerin cerita si bapak yang ada di museum kereta api
BalasHapusBeberapa cagar budaya memang minim atraksi ya mba. Tapi ada juga pengelola yang kreatif, seperti di Candi Arjuna di Dieng, pengunjung bisa foto bersama pemakai kostum Punokawan. Atau Situs Ratu Boko, hari tertentu ada pagelaran di panggung terbuka. Ada kursi-kursi buat duduk pengunjung
HapusSalah satu alasan orang kurang suka ke cagar budaya adalah kurangnya atraksi (dari tulisan di atas) nah kalo dibikin kegiatan yang menarik bagi kawula muda, harusnya bisa membuat cagar budaya didatangi ya ...
BalasHapusCagar budaya kalau dikemas dengan baik pasti bakar banyak pengunjungnya ya mbak. Selain dorongan dari keluarga dan lingkungan sekitar anak, pemgelola cagar budaya juga harus kreatif mengemasnya semenarik mungkin.
BalasHapusKok sama ya mak, pose foto kalau ke Lawang Sewu pasti spotnya di pintu-pintu itu...hahaha. Tapi memang PR banget buat orangtua mengajak anak-anaknya berwisata sejarah, anak-anakku aja cuma sebentar antusiasnya selebihnya bosen dan pingin cepat ke tempat lain padahal masih banyak tempat yang kudu dieksplorasi. Harus ada terobosan pengelolaan cagar budaya baru nih agar generasi milenial tertarik untuk mengunjunginya dan tentunya berharap generasi milenial ini mau ikut menjaga kelestarian cagar budaya disekelilingnya.
BalasHapusWaaaah kangen Lawang Sewuuuu ^^
BalasHapusSalah satu cagar budaya yang ikonik banget di Semarang ya, bund..
Andai semua cagar budaya dikemas secara apik macam Lawang Sewu ini, pasti juga banyak deh anak muda yang tertarik mengunjungi
Menurut saya, anak-anak muda banyak yang seneng wisata ke cagar budaya. Apalagi kalau berpotensi instagramable. Cuma mungkin salah satu kendalanya itu infrastruktur. Jadi suka agak ribet kalau mau ke sana. Meskipun banyak juga cagar budaya yang mudah ditempuh
BalasHapusNgehits deh foto di pintu itu ya mbak hihihi aku juga padahal punya fotonya nih. Good luck mbnak Uniek. Semoga dari postingan ini bisa membagikan ionformasi mengenai cagar budaya yang ada di Semarang
BalasHapusMemang benar mbak generasi milenial jarang berwisata ke tempat yang bernilai sejarah. Harus dilestarikan jangan sampai musnah warisan nenek moyang.
BalasHapusSetuju,dik. Kurang informasi adalah salah satu penyebab tak banyak yg berkunjung ke cagar budaya. Lha gimana mau berkunjung, apalagi ikut menjaga...tahu saja enggak! Hehe ..
BalasHapusHm, mungkin biar menarik ditambah spot IGable...tapi malah merusak bentuk asli nanti ya...Duh, kalau menurutku sama kek Mbak Uniek begini, sejak kecil orantua ajak anak mengunjungi cagar budaya sehingga kelak saaat mereka dewasa jadi terbiasa dan otomatis tergerak ikut menjaganya. Kayak suamiku yang tiap pergi kemana selalu nyari ada enggak candi, keraton atau gedung bersejarah cagar budaya di sana dan mengajak anak mampir serta bercerita ke mereka (kalau aku sih pendengar aja, karena soal sejarah suami lebih mumpuni hihihi)
BalasHapusLawang Sewu salah satu favorit tempat wisata buarku nih, apalagi disini banyak banget tempat foto. Tapi memang waktu kesana tuh bersih banget dan senang lihatnya kalau ada peninggalan sejarah masih terus dirawat dengan baik.
BalasHapusAku kangen ke Lawang Sewu Mbak ❤️ ya ampun itu bangunan eks NISM terindah di masanya. Sekarang aku sering ngajakin anakku ke tempat² cagar budaya biar dia kenal 😁 kalau bukan kita yang memperkenalkan ke anak2 kita kan siapa lagi
BalasHapusBanyak teryata ya destinasi wisata cagar budaya di semarang ya mbak, saya taunya cuma lawang sewu dan johar baru aja. padahal kalau digali banyak yaa. ini saya juga sedang mencoba menawarkan anak anak wisata cagar budaya, moga mereka jadi lebih melek sejarah dengan lebih menyenangkan
BalasHapusSetuju sekali dengan informasi menarik terkait cagar budaya dimata Generasi Z, atau Y mbak.pun faktor-faktornya tersebut
BalasHapusTapi kalau dari orangtua terlatih mengenalkan ke anak, insyaallah mereka akan terbiasa dan antusias saat berkunjung ke wisata cagar budaya. Btw wishlist aku saat ke Semarang kudu mampir dah ke Lawang sewu ini mbak heeee
Tempatnya kece banget yah ini.. Ak termasuk orang yang bisa dibilang jarang banget wisata ke cagar budaya.. Karena nggak semua daerah kayaknya punya cagar budaya yang harus dilestarikan gitu kan..
BalasHapusBiarkan tetap seperti aslinya ya Mbak bagaimana aslinya semua cagar budaya ini. Agar anak cucu kita kelak tahu betul seperti apa keaslian masa lalu.
BalasHapusAduh mbak, aku kesindir lho, gak cuma anak anak sih kalau diajak ke.museum atau ke temlat tempat bersejarah itu aku suka bilang, takut, kok kayaknya aurany beda gitu haha
BalasHapusIya aku penakut. Tapi belakangan ini aku sadar juga kalau anak anak gak diajak.ke.sini mereka belajar sejarah hanya dari buku apa nempel? Jadi kuatkan hati bareng bareng ke gedung cagar budaya. Bismillah.
karena anak muda butuh sesuatu untuk eksis, ke tempat cagar budaya bs jd salah satu spot ciamik kan kak
BalasHapusApabila semua cagar budaya diusahakan untuk lebih menarik minat anak muda zaman now, pastinya anak-anak itu akan senang sekali bisa berkunjung ke tempat cagar budaya.
BalasHapusAnak sulung saya senang mengunjungi cagar budaya, karena dia senang dengan nilai histori yang melatarbelakanginya
Ya emang ortu juga kalau bisa ngenalin ke anaknya soal cagar budaya ini sih, jadi anak juga minimal tahu dan syukur2 paham apa manfaatnya dari cagar budaya ini. Eh tapi srkng jg mulai banyak semacam perkumpulan anak muda yang suka bikin napak tilas cagar budaya mbak, jd masih ada harapan lha anak muda di negeri ini msh ada yang peduli dan mau tahu soal cagar budaya, semoga yaaa
BalasHapusAnak-anak harus dikenalkan sejak dini nih tempat bersejarah, museum,cagar budaya agar tetap ingat akarnya ya..
BalasHapusAku setuju nih mbak dengan point kurang informatif, karena kebanyakan cagar budaya masih menggunakan teknologi terkini, misalnya digunakan tv or layar led besar, dengan tayangan video dengan infografis.. mungkin akan menjadi daya tarik bagi generasi milenial ya
BalasHapusSekarang banyak ya yg berlomba2 menarik perhatian millenial.. termasuk cagar budaya.. Tinggal gmn millenialnya nih mau bikin cagar budaya tetap. lestari
BalasHapusWah Sekali-kali pengen berkunjung nih ke Lawang Sewu.
BalasHapusMemang benar mba faktor ekonomi salah satunya menjadi hambatan mengunjungi situs budaya karena kemahalan.
Mudah2an saja, semakin banyak anak generasi muda yg mencintai cagar budaya kita
Semarang tuh cagar budayanya memang banyak dan beragam ya. Asli keren - kereen semua lho
BalasHapusIya ya, cagar budaya itu banyak yang gak dikenal anak muda mungkin karena terlihat membosankan, gak terawat, gak ada atraksi, dan kurang dikreasikan. Jadinya kalo begini, lama-lama bisa rusak dan punah ya. Coba kalo dirawat, dikembangkan, pasti menarik kaum muda. Jadinya bisa lestari.
BalasHapusBanyak juga ya cagar budaya di Semarang yang bisa dikunjungi. Kalau ada kesempatan jalan-jalan ke sana kudu banget nih mampir ke sana. Btw cagar budaya ini memang harus dikenalkan pada anak2 sejak dini ya plus diberitahukan juga ke mereka untuk merawat dan melestarikan cagar budaya yang ada.
BalasHapusYah semoga suatu hari nanti bisa kesampaian saya mengunjungi Semarang bareng keluarga dan mengunjungi cagar budaya yang ada di sana
HapusMemang masih banyak orang tak mengerti betapa pentingnya cagar budaya ini, Mbak. Saya pun dulunya sama sekali nggak peduli karena kurang informasi, berkunjung ya sekadarnya aja. Perlu bantuan semua pihak supaya lebih banyak lagi orang yang mau peduli terhadap warisan budaya Indonesia..
BalasHapusMeskipun bukan anak muda lagi
BalasHapusSaya selalu suka ke kawasan cagar budaya
Nah kalau saya ke Semarang, wajib nih mba Uniek anterin saya ke 14 kawasan di atas
Bener banget tuh mbak salah satu faktor anak zaman sekarang nggak concern ama cagar budaya adalah karena pengaruh dan ketidak pedulian orang tua. Apalagi sekarang katanya pelran sejarah juga nggak ada ya? makin jauh deh anak2 dari apresiasi budaya seperti ini. Aku aja dulu tertarik ke candi2 karena seneng dengerin guru sejarah ku cerita sejarah kerajaan2 Indonesia, dari situ diajak ama ortu buat main ke prambanan, kraton.
BalasHapusWahh, aku jadi penasaran sama tempat wisata Lawang Sewu.. anyway, setuju banget sama postingan mba.. masih banyak tempat yg kurang informatif, sehingga terkesan krg menarik..
BalasHapusSebenernya, aku berharap untuk situs-situs cagar budaya bisa ada guide yang selalu siap sedia menjelaskan kisah di balik keunikan sebuah peninggalan bersejarah. Include gitu...
BalasHapusJadi gak sendiri-sendiri.
Soalnya pas ke Lawang Sewu, aku gak paham ceritanya. Dan baru paham setelah baca-baca lagi di media daring dan nonton yucub. Termasuk kisah mistis di dalamnya.
Hihii~
Bikin merinding kalo tahu sebelumnya yaa...kak Uniek.
coba kalau dimunculkan sisi unik dari bangunan cagar budaya. misalnya saja ada pintu rahasia, pasti anak muda tertarik dan penasaran datang lalu ngevlog lalu viral
BalasHapusbeberpa point diatas memang ada benernya juga mba, karena biasanya monoton gitu ya jadi anak-anak muda ngga semua tertarik. untungnya sekarang banyak nih cagar budaya yang udah mulai pinter ngemas tampilannya jadi kece banget dan nyaman dikunjungi anak muda.
BalasHapusDuh, banyak juga ya ternyata cagar budaya di Semarang. Kujadi malu. Aku belom pernah ke sana satu pun. Bahkan Lawang Sewu yang terkenal itu :(
BalasHapusSalah satu wish list aku ke Lawang Sewu nih mba. Karena promosi nya itu sudah kemana-mana nih. Makanya aku pengen banget ke Lawang Sewu
BalasHapusLawang Sewuu sekarang udah rame ya mbak, gak seseram yang sempat diceritakan orang-orang. Jadi pengen ke sini lagi formasi lengkap deh
BalasHapusAku udah ke Lawang Sewu dua kali. Tetapi pengen ke sana lagi soalnya belum nulis yang datang sebelumnya. Hehe.
BalasHapusBelum pernah ke Lawang Sewu. Ajak anak weekend ke sini juga pastinya seru ya mbak. Karena bisa sambil mengenalkan mereka dengan salah satu cagar budaya yang ada di Semarang ini.
BalasHapus