Adakah yang kira-kira bisa menjawab jika muncul permintaan: sebutkan 7 alasan untuk tetap merokok? Bisa?
Ga tau ya kalau misal ada yang bisa menyebutkannya. Mungkin salah satunya karena bisa tampil keren.
Uhuks...
Uhuks uhuks...
Batuk-batuk, sis, bro? Keren yaaa...
Di sini aku bukannya bermaksud untuk mengajak berseteru ya dengan para perokok. Hanya mencoba bersikap jujur kepada diri sendiri.
Sekitar dua puluh tahunan yang lalu, ketika masih aktif berkegiatan fisik, salah satu kesukaanku adalah mengikuti latihan berenang bersama dengan sobat-sobat di organisasi kepencintaalaman. Ya, jaman kuliah gitu ya. Jaman badan masih fit, slim, young, tough, beautiful... *berasa pengin nimpuk nggak siyyy
Salah satu yang paling kusuka dari latihan renang itu adalah sesi diving. Udah deh pada sok-sokan gitu, adu lama menyelam sepanjang track kolam renang. Ada yang bisa full sepanjang lintasan, ada juga yang baru beberapa kayuhan kaki sudah keok.
Awalnya dulu aku paling jago saat adu kuat gini. Dari kecil sudah terlatih untuk berenang dan menahan napas dalam air, jadi yaaahh hal sepele gitu deh. Lumayan lah ya bisa dijadikan bekal gaya-gayaan masa muda. Hehehee... jangan KZL gitu ngapah bacanya. 😃😜
foto ini ilustrasi semata, bukan fotoku lho yaaa... suweeerr |
Namun kemudian datang masa ketika aku menyadari, sirkulasi oksigen di dalam paru-paruku mulai tak sebagus sebelumnya. Kerasa banget setiap kali latihan menyelam, jarak yang bisa kutempuh tak sampai separuh dari jarak sebelumnya.
Heran dan kesel dong tentunya. Kenapa yaaa bisa begitu?
Lalu aku pun tersadar. Tersadar sekaligus tergugu sendu. *mulai deh lebay
Ya, ketika pada perjalanan sebelumnya, saat aku naik gunung bersama teman-teman, aku tergoda untuk nyobain menghisap rokok kretek. Waktu itu memang dingin banget sih ya keadaannya. Kayaknya enak banget deh kalau bisa gabung dengan teman-temanku itu.
Lalu ya gitu deeeh... Aku yang semula sama sekali nggak pernah kemasukan asap rokok, langsung bisa habis beberapa batang. Walaupun jujur saja aku bilang nih, ternyata rokok itu ga enak. Ga ada asyiknya sama sekali. Ga ada anget-angetnya juga untuk tubuh.
Ah payah deehh... Hanya gara-gara episode pendek perkenalan dengan rokok itu akhirnya rekorku sebagai penyelam handal di lintasan kolam renang hancur sudah. Aslik aku nyesel banget setelah itu.
Ternyata ya, tak perlu menjadi perokok aktif untuk menurunkan kualitas paru-paru. Hanya sesekali nyobain aja sudah segitu efeknya. Huhuhuuu... nyeselnya.
Jadi kalian para perokok yang mungkin kebetulan baca artikelku ini, ga usah marah ya. Aku nulis ini beneran berdasarkan pengalaman pribadi. Untukku sih lebih worthed menggunakan uang yang kupunya untuk beli apel, jeruk, pisang, atau buah-buahan lain yang bikin sehat daripada bakar-bakar duit gitu.
Nggak setuju? Boleeehh... Asalkan bisa sebutkan 7 alasan untuk tetap merokok.
Bisa? Tulis doong di kolom komen. 😉
World No Tobacco Day
Tahukah teman jika setiap tanggal 31 Mei, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan mitra globalnya menyerukan kampanye World No Tobacco Day alias Hari Tanpa Tembakau Sedunia? Kampanye yang dilakukan secara reguler ini memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran pada masyarakat tentang efek berbahaya dari penggunaan tembakau dan paparan asap rokok bagi perokok pasif.
Perokok pasif itu yang seperti apa?
Seperti yang telah terlihat pada infografis di atas, perokok pasif bukanlah orang yang menghisap rokok. Dia adalah orang yang terkena paparan asap rokok. Sedihnya nih, perokok pasif memperoleh resiko kesehatan yang cukup tinggi gara-gara aktivitas yang dilakukan oleh orang lain.
Kandungan berbahaya dari rokok kayaknya tak perlu kubeberkan di sini ya. Teman-teman dan para pembaca blog ini pasti bisa searching secara bebas di mesin pencarian, bakalan dapet banyak deh.
Beberapa dampak negatif bagi kesehatan dari paparan asap rokok tadi bisa berwujud:
- Peningkatan resiko penyakit paru-paru dan kanker. Selain itu penyakit jantung juga bisa terjadi apabila terlalu sering menjadi perokok pasif. Asap rokok yang masuk ke dalam tubuh juga bisa membuat jalur arteri darah mengalami pengerasan atau aterosklerosis.
- Komplikasi pada kandungan bagi ibu hamil, keguguran, dan bayi yang lahir dengan kondisi yang tidak sehat.
- Gejala penyakit pernapasan seperti batuk, pilek, asma, ISPA, alergi hingga meningitis.
Setiap orang berhak dong untuk melakukan apa saja, termasuk merokok?
Jika memang ada yang memiliki prinsip hidup seperti ini, tentu akan lebih berimbang jika para perokok aktif juga menghargai hak orang-orang yang ingin terhindar dari asap rokoknya, di antaranya:
- Tidak marah ketika diminta untuk berhenti merokok saat si perokok pasif merasa terganggu dengan asap rokoknya.
- Bersedia mencari tempat lain yang sekiranya tidak menyebabkan orang lain non perokok untuk menghirup asap rokoknya. Jangan sampai malah orang lain yang harus pergi dari tempat semula gara-gara perokok aktif ini tak mau menghentikan aktivitasnya.
- Berusaha berpikiran positif ketika sanak keluarga memberikan saran untuk berhenti merokok. Larangan ini bukan karena eman-eman keluar uang rokok ya. Harga sebungkus rokok tentu tak berimbang sekali dibandingkan kesehatan diri dan rasa sayang keluarga yang tercurah. Iya nggak sih?
World No Tobacco Day bukanlah sekadar hari untuk diperingati, tapi menurutku lebih kepada pemahaman tentang kesehatan yang harus setiap saat kita lakukan. Bukanlah hal yang mustahil untuk berhenti merokok lhooo...
sumber infografis: Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular KemenkesRI
Aku bukan agen kampanye dari kementrian kesehatan lhooo... Aku hanyalah segelintir orang yang ada di dunia yang ingin sekali membuat orang-orang tersayangku tetap sehat tanpa terkena paparan zat-zat berbahaya yang ada dalam sebatang rokok.
Bahkan aku sempat loh berdialog dengan seorang perokok aktif yang rupanya cukup sadar tentang resiko kesehatan yang dihadapinya. Bahkan secara sadar pula bilang bahwa berhenti merokok dalam sekejap tuh bisa banget dilakukan. Yang namanya adiksi alias kecanduan itu nggak ada menurut dia. Hanya saja ketika merokok itu berasa rileks gitu loh. Nah, syaraf pengingat di tubuh akan memberikan sinyal rasa nyaman itu ketika yang bersangkutan sedang merokok. Kejadian berulang-ulang ini akan terekam oleh sistem syaraf kita.
Jadi nggak bener itu ya yang katanya lemes kalau tidak merokok, tak bisa berpikir jernih, tak ada semangat dan sebagainya. Bisa banget kok berusaha untuk berhenti merokok demi kesehatan diri sendiri dan orang-orang kesayangan kita.
Masih bisa menyebutkan 7 alasan untuk tetap merokok? Coba deh baca ulang lagi perlahan-lahan tulisanku ini dari atas ya. Ulang terus berkali-kali kalau perlu. Nanti setelah itu baru kau tahu that's why I love you, mmuuuaahhh...
----
Sumber referensi:
- https://www.cermati.com/artikel/perokok-pasif-lebih-berbahaya-ini-dampaknya-bagi-kesehatan
- https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/2695120/benarkah-perokok-pasif-lebih-bahaya-dari-perokok-aktif
- https://www.who.int/news-room/campaigns/world-no-tobacco-day/world-no-tobacco-day-2019
Aku sebel ikh mba ama iklan rokok. Iklannya itu seolah-olah berkata bahwa cowok keren dan baik hati itu perokok. Hadeuh yang ada juga realitany cwo perokok itu cwo penyakitan. Dimana kerennya coba. Gemes aku. Aku ya sejak jadi emak-emak jadi berani ngelarang orang yang ngerokok deket anak aku hahaha 😂 *emak-emak mah garang kalo berhubungan ama anak mah ya 😂
BalasHapusMASYA ALLAAAH ..
BalasHapusini pe er terbesar buatku, di keluargaku, adik adik dan suami perokok aktif, bahkan istrinya adikku juga! Anaknya juga!
Kadang ngurut dada mbak Uniek, tapi mereka kok kayak kecanduan narkoba gitu sih, yaaa... susah banget bilanginnya! Sentilanku sementara sih ayat ayat aja, hadis gitu untuk tidak merokok.
Semoga berhasil ya mba sentilanmu. Memang harus kesadaran penuh dari perokok untuk berhenti.
HapusBerhenti merokok itu harus kesadaran sendiri ya, dulu bertahun-tahun saya dan ibu ngingetin ayah supaya berhenti merokok, enggak pernah berhasil... Eh, suatu hari tiba-tiba berhenti aja...
BalasHapuspapiku berhenti merokok secara bertahap. kalo bapak mertua, alm ibu mertua, dan alm neneknya suami berhenti merokok dadakan karena sakit. jangan sampe nunggu sakit dulu baru berhenti merokok karena penyakit akibat rokok sudah terlajur parah :(
BalasHapusAku dulu tumbuh di keluarga perokok, Mbak. Mama papaku perokok berat. Sampai suatu saat mamaku tiba-tiba aja berhenti di usia ke-40an sampai sekarang umurnya 60an belum pernah ngerokok lagi. Kalau papa dan suamiku masih ngerokok. Dan susah banget minta untuk berhentinya. Jadi aku mintanya ke Allah aja supaya suamiku bisa berhenti total merokok seperti mamaku.
BalasHapusSedih bacanya mbak, perokok itu keras kepala dan egois ya, semoga terketuk hatinya mas bagus, takut aku anak-anak jadi perokok pasif huhu
BalasHapusMasih suka ketemu orang yg katanya kalau abis makan nggak ngerokok jadinya pahit, kalau minum manis harus sambil ngerokok, masih banyak yg juga suka alasan klo merokok di sebelah orang yg ngga merokok itu ngga merugikan krn rokoknya mild... Masih ada yg gitu, dan kadang itu temen sendiri, disindir halus masih ga mempan...nah yg begitu2 itu kudu diapain yaah
BalasHapusAku gak pernah ada niat ngerokok. Tapi aku jadi perokok pasif gara-gara adikku. Masih susyah suruh dia berhenti
BalasHapusNtar kalau punya pasangan, syarat wajib ya no rokok. Bisa sesak napas aku
Adikku bisa jadi perokok karena lingkungan teman jaman SMA dan keterusan. MEmang susah berhenti karena udah kecanduan, mbak. Beruntung dirimu kayak suamiku, nyoba pertama udah bikin nggak nyaman jadi nggak keterusan
BalasHapusAlhamdulillah di keluarga besar saya dan suami tidak ada yang merokok Mbak. Saya juga suka menghindar kalau ada yang merokok di dekat kita. Lha daripada kita yang kena getahnya, sementara mereka sendiri gak nyadar akan perbuatnnya, mengalah demi kesehatan akan saya lakukan.
BalasHapusHihihi, baca ini aku jadi merasa diingatkan. Tapi memang, sebaiknya kalau bisa, ya tidak merokok, enggak ada bagus2nya juga selain sugesti
BalasHapusHahaha judulnyaaaa
BalasHapusBapakku itu perokok krn lingkungan kerjanya gtu dan emag kek candu gak bisa berhenti. Herannya pas puasa yo iso lho.
Makanya pas nyari jodoh aku pakai syarat mutlak yg bukan perokok haha utk saringan pertama supaya putus mata rantai perokok di keluarga
waaa...judulnya provokatif banget :D
BalasHapusMemang susah sih nyuruh pecandu rokok untuk berhenti. Org tuaku aja sudah dua kali sakit infeksi saluran pernafasan baru benar-benar berhenti total dr merokok.
Aku sebel sedij marah, sekarang banyak bgt liat org yg mudah merokok. Apalagi g cm bapak2. Malah kaum hawa jg, aku setiap bulan hampir sllu plg ke sukabumi. Bbrp kali kami melihat ibu2 dengan gontainya merokok di dpn anaknya, astagfirullah g habis pikir aku.
BalasHapusSaya selalu terganggu sama asap rokok. Waktu jaman SMA dulu, kalo berangkat sama pulang sekolah saya pasti naik angkot dan suka ada aja yang merokok! Tempat sekecil, sesempit, dan sepengap itu, masih aja diracuni sama asap rokok. Jahat banget! Harusnya kalo mau ngerusak badan sendiri dengan merokok, ya ga usah bawa-bawa orang lain dong. Hadeuhhh. Kalo udah kayak gitu, biasanya saya tatap tajam tuh perokok sampe dia jadi ga nyaman sendiri terus ngebuang rokoknya lewat jendela. Sebelll.
BalasHapusBaca artikel ini jd keinget waktu kuliah saya pernah ikut campaign WNTD. Disana acara'y mengajak org2 d jalanan (daerah Malioboro, Jogja) utk mematikan rokoknya mengingat itu kan hari anti tembakau.
BalasHapusBanyak kejadian yg d temukan mba, mulai dari yg nurut, ada juga yg mematikan rokoknya tp ketika kami berlalu sama dia d nyalain lagi, ada juga yg terang2an marah2 d suruh matiin rokok. Hhhzzz..
Jujur saya gak suka sama perokok yang merokok sembarangan, terutama d tempat umum apalagi ada anak2. Hiks..
Rokok oh rokok. Kalau udah sadar tentang kesehatan,ga ada lagi alasan buat ngerokok. Tapi ya itu tadi. Balik lagi ke kebiasaan ya. Udah tau ngerokok itu bakal bikin sakit diri sendiri dan sekelilingnya. Tapi karena kebiasaan, susah berhentinya deh. Hmm gemesssss.
BalasHapusMasku dulu perokok aktif mbk, sejak punya anak mulai ngurangi merokok. Tidak berhenti, tapi bener-bener mengurangi. Alhamdulillah sejarang sudah jarang ngerokok.
BalasHapusAku kalo naik kendaraan umum dan ketemu sama perokok, pilih menjauh. Nggak kuat banget sama asapnya, bikin nyesek
Wah susah mbak, org2 yg sudah merokok kalo yg orang punya kuasa atau yg lebih tua biasanya gak mau nerima kalo kita terganggu sm rokoknya. Kdg lebih enak menegur anak muda utk menghargai kita, daripada negur bapak2 tua yg merokok. Sebel banget pokoknya. Jd kdg aku memilih menjauh
BalasHapusDuh jadi ingat waktu di kereta yg waktu itu tempat duduk belum ada nomer2 bangku, belum ber AC dan masih bebas merokok. Penumpang di samping dan depanku semuanya merokok, sampe kepalaku puyeng kena asapnya hiks.
BalasHapusAdik iparku juga perokok, tapi sudah berhenti 2 th an ini krn permintaan anaknya.
Alhamdulillah suamiku tahun pertama nikah langsung deh berhenti merokok soalnya aku bilang nggak kuat banget dengan asap rokok dan bau rokok.. meski sedikit asapnya bikin sesak napas
BalasHapusGada satu pun ya Untung merokok. Semuanya merugikan. Tapi kok heran ya, kok pada susah buat berenti. Ihiks yang:(
BalasHapusIklan rokok itu pembodohan menurutku. Ngerokok dibuat tampak keren dan manly. Padahal rata-rata orang ngerokok itu badannya kurus dan kurang fit ya,hehe. Dulu pas mau nikah, salah satu kriteria penting dalam memilih suami tuh enggak merokok. Bukannya apa2, saya paham deh yg namanya berhenti dari kebiasaan buruk itu enggak mudah. Sedangkan saya enggak bisa dekat2 perokok krn enggak kuat bau asapnya. Enggak kebayang kalau punya suami yang perokok deh, bisa2 yang ada berantem terus🙈
BalasHapusDi kantorku banyak yang masih merokok. Dinasehati kayak apa dan dari siapa dah banyak. Tapi tetap aja belum ada yang insyaf. Entah kapan bakal stop
BalasHapusAgak susah emang mba kalau udah perokok aktif, bapakku stroke krn rokoknya krn kereta ga ada hentinya tp ga kapok dah sampe skrg suka sedih akutuh
BalasHapusSebegitu besar efek merokok buat aktifitas ya, Mbak. Padahal Mbak cuma sekali ajah itu nyobanya. Lga gimana yang udah bertahun2?
BalasHapusRokok adalah salah satu produk negatif yang diperkenalkan penjajahan masa lalu. Sebelum Inggris menemukan tobacco alias tembakau di Tobago, dunia sama sekali tidak mengenal rokok. Begitu pun Indonesia. Jadi kebayang ya dulu nenek moyang kita di zaman kerajaan Hindu Budha dan juga zaman kekhalifahan hidup mereka sehat-sehat. Makanan sehat, udara sehat, gaya hidup juga sehat. Pantas saja usia mereka banyak yang sampai seratus tahun.
BalasHapusberhenti itu kudu ada niat, ya. awalnya diberi sela atau jeda yg agak lama, lalu lama2 dikurangi. itupun yg niatnya bulat bs kesampaian, yg bandel pasti ada ajah alasannya deh. syukurlah sekarang ayah saya dah berhenti merokok
BalasHapusBerasa ketampar sih ini
BalasHapusSoalnya orang orang yang kusayangi sebagian besar adalah perokok
Sekarang pelan pelan berhenti
Semoga selamanya
Ternyata ada banyak cara untuk bisa berhenti sama sekali dari ketergantungan merokok yaa, kak Uniek.
BalasHapusMasku bisa berhenti karena pasca operasi katarak, gak boleh merokok sama sekali.
Pengalaman keluarga ku sih mereka berhenti merokok (sementara) saat mereka udah ada penyakit t aoi pas sembuh kambuh lagi. Kayaknya kesadarannya kurang ya mba
BalasHapusgemes banget saya juga mba sama perokok hehe. untung bapak dan suami saya bukan perokok. makanya rumah aman. paling kalo ada om aja nih, suka saya bawelin kalo ngerokok di rumah hehe. emang sudah saatnya stop merokok ya. apalagi pandemi covid ini bisa makin memperparah deh.
BalasHapusHampir semua orang yang merokok, yang saya temui itu egois. Gak mikirin orang di sekitarnya. Mungkin karena efek candu juga. Tapi itu lah, jadi abai dan tak peduli. Kesel aja kalau udah ketemu perokok. Pengen jauh sejauh2nya dari mereka2 ini.
BalasHapusMerokok itu bikin macho kan mbak ya
BalasHapusDari dulu sampai sekarang mesti sama ya, kenapa merokok bisa terjadi, salah 1 nya karena ingin bergabung dengan kelompok pertemanan. Padahal itu pengaruh ke kesehatan. Makasih mba sudah diingatkan kembali tentang bahaya rokok
BalasHapus