Kusta itu penyakit kutukan.
Duh lah, di jaman serba modern dengan akses informasi terbuka seluas-luasnya, miris dong ketika masih ada yang memiliki pendapat seperti di atas tadi tentang kusta. Masih saja ada orang yang memandang negatif penyakit kusta serta membuat penderitanya merasa terpinggirkan.
Jika kita mencari tahu lebih terperinci lagi, orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) setelah sembuh tidak akan menularkan penyakitnya kepada orang lain loh. Sedih dong ketika mereka masih terkena stigma buruk terkait dengan penyakit yang pernah dideritanya.
Gara-gara diskriminasi yang mereka alami, OYPMK jadi susah untuk mendapatkan pekerjaan. Padahal setelah menjalani pengobatan, hidup mereka masih harus terus berlangsung kan ya... Mereka butuh pekerjaan dan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tapi gimana dong kalau masih banyak orang yang belum memahami bagaimana harus memperlakukan OYPMK?
Penyakit Kusta dan Penyebabnya
Saat ini Indonesia masih menduduki peringkat ketiga di dunia untuk kasus terbanyak kusta setelah India dan Brazil. Setiap tahun, kasus baru kusta ditemukan antara 15.000 hingga 17.000 pasien. Indonesia sendiri sebenarnya sudah mencapai eliminasi di tahun 2000, yaitu kasus kusta baru tidak lebih dari 1 per 10.000 penduduk.
Kusta adalah penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri, masuk sebagai penyakit tropikal yang terabaikan. Kusta merupakan penyakit kulit yang jika tidak segera ditangani akan menimbulkan kondisi pasien menjadi disabilitas. Penderita kusta mengalami gangguan saraf tepi, dimana fungsi sensorik dan motorik dan saraf-saraf otonom akan terpengaruh. Oleh karena itu tinggi kemungkinan penderita kusta mengalami deformitas (kelainan struktur tubuh).
Di Indonesia, wilayah-wilayah seperti Papua, NTT, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Sumatera Barat masih cukup tinggi angka kasus terjadinya kusta.
Tanda-tanda awal munculnya kusta:
- bercak merah atau putih
- mati rasa
- penebalan saraf
- pembengkakan
Stigma yang masih menyertai OYPMK salah satunya adalah dianggap akan menularkan penyakitnya itu ke orang di sekitarnya. Apalagi jika OYPMK yang disertai dengan deformitas/disabilitas, maka dia akan mendapat perlakuan berbeda yang cenderung negatif.
Memberikan Kesempatan Kerja bagi OYPMK
Saat mengikuti live streaming Ruang Publik KBR di channel Berita KBR, serasa mendapatkan angin segar loh ketika salah satu narasumber yaitu Mba Zukirah Ilmiana, owner PT. Anugrah Frozen Food, menceritakan tentang kesediaannya menerima OYPMK sebagai salah satu tenaga kerja di perusahaannya.
Mba Zukirah memahami tentang perilaku diskriminatif yang sering diterima oleh OYPMK. Tidak jarang penderita kusta akan menyembunyikan fakta tentang penyakit yang pernah dideritanya karena takut dijauhi oleh orang di sekitarnya.
Menurut beliau, sudah saatnya masyarakat memberikan respon positif kepada OYPMK dan memperlakukannya sama dengan orang lain. Harus diingat, diskriminasi terhadap OYPMK dan penyandang disabilitas yang lain itu memicu ketidakadilan dan kesenjangan terkait pemenuhan hak-hak mereka.
Penanganan kesejahteraan OYPMK setelah mereka sembuh dari sakit bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Seluruh lapisan masyarakat sebaiknya bahu-membahu untuk ikut serta mengatasi hal ini. Mba Zukirah menghimbau agar kita semua berkenan menunjukkan kepedulian sosial bagi OYPMK dan penyandang disabilitas yang lain.
Tidak sekadar bicara teoritis loh, Mba Zukirah secara nyata bersedia menerima karyawan magang di perusahaannya bagi OYPMK. Bahkan beliau senang sekali karena pekerjaannya bisa terbantu dengan keberadaan karyawan magang tersebut.
Two thumbs up untuk Mba Zukirah Ilmiana ya. Semoga saja makin banyak pemilik usaha yang berkenan menggandeng OYPMK di dalam perusahaannya agar yang bersangkutan bisa mengaktualisasikan diri dan memberikan kontribusi nyata.
OYPMK dan Stigma yang Menyertai Perjalanan Hidupnya
Selain dua narasumber yang telah membantu pemahaman tentang kusta dan stigma yang menghinggapinya tadi, pada Ruang Publik KBR kali ini hadir juga pemuda OYPMK dari Gowa, Sulawesi Selatan. Muh. Arfah menceritakan bagaimana dia harus bertahan menghadapi berbagai perlakuan buruk yang diterimanya ketika menderita kusta.
Arfah menderita kusta ketika sedang duduk di bangku SMP kelas 3. Kulitnya berubah menjadi sangat hitam dan muncul bercak-bercak. Ejekan yang diterimanya beraneka ragam, seperti dibilang seperti monster, roti gosong dan berbagai sebutan tak mengenakkan lainnya.
Saat ini Arfah sudah percaya diri untuk memberikan semangat kepada penderita kusta lainnya. Kusta itu bisa diobati semua orang bisa sembuh dari penyakit yang satu ini. Bahkan kini Muhamad Arfah telah diterima sebagai karyawan magang program katalis NLR Indonesia di kantor Satpol PP Kota Makassar sebagai staf administrasi.
Angga Yanuar dari NLR Indonesia menambahkan bahwa persepsi masyarakat harus terus dibenahi. Soalnya masih ada anggapan yang salah terhadap penyakit kusta, yaitu:
- kusta itu penyakit kutukan
- kusta merupakan penyakit yang sangat mudah ditularkan
- kusta tidak bisa disembuhkan
Edukasi kepada masyarakat umum harus terus ditingkatkan agar persepsi negatif tadi bisa hilang. Persepsi negatif tadi membatasi penerimaan masyarakat kepada OYPMK meskipun yang bersangkutan telah sembuh dari penyakitnya.
Selain itu, OYPMK juga harus dibekali dengan peningkatan ketrampilan yang bisa mendukung makin luasnya kesempatan mendapatkan pekerjaan. Seperti yang telah diceritakan di atas, biasanya penderita kusta akan mengalami berbagai kejadian tidak menyenangkan di masa lalu ketika mereka masih dalam proses penyembuhan. Ada keengganan dari mereka untuk kembali terjun ke masyarakat mengingat perlakuan buruk yang pernah mereka alami.
Untuk itulah NLR Indonesia terus mengusahakan kesempatan bekerja magang bagi OYPMK di berbagai sektor. Hal ini masih gencar dilakukan karena masih ada berbagai perusahaan yang memiliki pandangan yang kurang baik kepada OYPMK.
Program Kerja Magang bagi OYPMK
Angga Yanuar selaku Manajer Proyek Inklusi Disabilitas NLR Indonesia memberikan tanggapan yang sangat baik ketika ada salah satu penanya yang minta informasi tentang fasilitas apa saja yang harus disediakan oleh perusahaan yang akan menerima karyawan magang dari OYPMK.
Perusahaan diwajibkan menyediakan reasonable accomodation untuk membantu agar OYPMK dan penyandang disabilitas. Biasanya OYPMK yang mengalami gangguan motorik yang cukup parah, ketika melangkah pun harus pelan-pelan. Tersedianya jalur miring yang menghubungkan dua ketinggian yang berbeda akan sangat membantu mereka.
Bagi OYPMK yang sudah mengalami deformitas yang cukup signifikan, salah satunya di bagian tangan, perusahaan bisa menghindari penggunaan handel pintu berbentuk bulat. Handel seperti ini tidak bisa diakses oleh penyandang disabilitas.
Adapun bidang pekerjaan yang sebelumnya bisa digeluti oleh OYPMK biasanya yang tanpa seleksi, tanpa latar belakang pendidikan tertentu, dan biasanya bekerja secara sendirian. Pekerjaan seperti tukang parkir dan jualan makanan tidak mengharuskan mereka untuk bekerja dalam tim.
Untuk itulah NLR Indonesia berusaha mengembalikan kepercayaan diri OYPMK atas kemampuan mereka untuk bekerja bersama dengan orang lain. NLR Indonesia memberikan berbagai pelatihan yang bisa meningkatkan ketrampilan bagi OYPMK dan mengusahakan mereka bisa bekerja di organisasi non pemerintah.
Pelaksanaan program magang ini akan berlangsung pada bulan Juli dan Agustus 2021. Dari 21 orang yang melamar untuk magang, NLR Indonesia baru bisa memfasilitasi 3 orang kandidat. Para kandidat akan diberikan pelatihan tentang:
- manajemen perencanaan dan pengelolaan proyek
- administrasi dan pengelolaan keuangan
- mobilisasi sumber daya dan penggalangan dana
Tiga aspek tersebut memang cukup penting dan familiar bagi kalangan LSM yang merupakan 3 skill dasar yang harus dimiliki. Ketiga aspek ini ditawarkan kepada kandidat tadi dan OYPMK akan dipersiapkan dengan peningkatan kapasitas diri.
Bagi penyandang disabilitas, termasuk OYPMK, semua pekerjaan bisa saja dilakukan. Hanya saja lokasi kerja diusahakan aman terkait aksesibilitas. Perlu diingat, OYPMK yang telah mengalami deformitas, terutama yang harus menggunakan kursi roda, tentu tidak semudah orang normal ketika harus melalui ruangan berkubikel yang terbilang sempit.
Juga ketika lingkungan kerja memiliki suhu yang cukup tinggi, pengamanan bagi OYPMK yang mengalami disabilitas, bisa disediakan sarung tangan dan safety shoes. Para OYPMK penyandang disabilitas biasanya tidak bisa merasakan apapun yang mereka sentuh karena telah mengalami kerusakan saraf tepi.
Makin paham deh setelah mengikuti bincang-bincang Ruang Publik KBR terkait pemberian kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas dan orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK). Setiap manusia, termasuk OYPMK, berhak mendapatkan kesempatan kerja di berbagai bidang.
Kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan bisa saja sama, hanya saja kendala fisik seperti yang sudah disebutkan di atas memang harus diatasi. Setiap lapisan masyarakat punya andil untuk mendukung aktualisasi diri para penyandang disabilitas dan OYPMK.
Keterbatasan fisik akibat penyakit berat yang pernah diderita sebaiknya tidak dijadikan alasan untuk mengucilkan OYPMK. Siapa juga yang mau kan jika ditawari harus menderita penyakit kusta. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, bisa jadi anggota keluarga kita pun mengalaminya.
Just put ourself into their shoes, gimana sih rasanya dikucilkan dari pergaulan dan lingkungan gara-gara pernah mengalami kusta. Maunya kan setelah sembuh juga bisa kembali beraktivitas meskipun memiliki berbagai keterbatasan fisik.
Mau nanya dong ke kalian semua, setelah membaca artikel ini kira-kira bagaimana pandangan kalian terhadap orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK)? Apakah kalian memiliki ide untuk membantu OYPMK mendapatkan pekerjaan kekinian yang tidak memerlukan kekuatan fisik? Silakan bagikan pendapat kalian di kolom komentar ya, terima kasih.
Jadi teringat sama Lady Diana dulu pas berkunjung ke Indonesia, dia malah bersedia menyentuh dan bersalaman dengan penderita kusta. Penyakit kusta bukan kutukan. Jangan dijauhi, kasihan. Untung makin ke sini masyarakat makin teredukasi dengan pengetahuan dan wawasan dari berbagai media termasuk webinar ya mbak :D
BalasHapusIni penyakit udah eksis lama sekali. Pas aku masih kecil telah ada dan stigma itu memang terasa demikian kuatnya. Sampai-sampai sebagai anak kecil, tahunya aku, kusta itu yo memang tak tersembuhkan.
BalasHapusafter all, semua manusia harusnya punya kesempatan yang sama untuk bekerja ya Mbak. Respect! #StandEquality
BalasHapusNggak nyangka juga ya Mbak, kelihatannya di Indonesia udah jarang orang kena kusta. Eh... ternyata masih juga Indonesia ada di peringkat ke tiga.
BalasHapusAku pernah dengar penyakit kusta duluuu banget. Kirain sekarang udah gak ada, ternyata masih ada ya. Semoga makin ke sini stigma terhadap para penyintas kusta tak ada lagi dan mereka bisa mendapatkan peluang/kesempatan yang sama dengan orang lain, baik untuk pendidikan maupun pekerjaan
BalasHapusMemang seharusnya begitu jangan ada diskriminasi : Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal 27 ayat 2 UUD 1945.
BalasHapusMemang seharusnya jgn ada diskriminasi soal pekerjaan. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
BalasHapusWaah, data ini cukup mencengangkan ya mba --> Saat ini Indonesia masih menduduki peringkat ketiga di dunia untuk kasus terbanyak kusta setelah India dan Brazil. Setiap tahun, kasus baru kusta ditemukan antara 15.000 hingga 17.000 pasien.
BalasHapusSemoga Indonesia bener2 bs bebas kusta.
Para survivor kusta bs mendapatkan kesempatan kerja yg bagus.
Penyakit kusta ini hampir sama perlakuannya kayak aids . Dimana korban selalu dilekatkan dengan stigma-stigma buruk. Padahal mereka juga memiliki hak yang sama dengan orang lainnya
BalasHapusDi dekat rumah ada rs khusus kusta mba, cuma entah skrg gimana. Dulu aku belum tau apa sih penyakit kusta. Iyaya dibilangnya kutukan. Dan setelah sembuh juga seringkali masih dijauhi ya. Padahal setelah sembuh yaudah nggak nular. Btw bagus banget ini yg mau menerima kerja atau magang khusus OYPMK. Mereka pasti bahagia kalau tidak dipandang sebelah mata mba.
BalasHapuspembekalan untuk para penyandang penyakit kusta ini juga harus diperhatikan ya supaya tetap bisa bekerja dan mendapatkan kesempatan untuk bekerja
BalasHapusDiskriminasi di negara kita tuh masih sering terjadi bahkan seperti tak hilang ya, sedihnya nih lihat orang-orang yang punya prestasi atau bakat tapi misal ada saja kurangnya langsung jadi bahan olokan. Alhamdulillah sekarang dengan adanya program seperti ini bisa sekaligus mengedukasi masyarakat kita juga ya.
BalasHapusSenang sama adanya program magang kaya gini. Pertama yang harus disemangati adalah mentalnya. Ya gara-gara masih banyak yang Mandang aneh kan. Padahal mereka juga gak mau sakit kaya gitu. Mereka juga sama dengan kita yang berhak dapat pekerjaan dan hidup yang baik
BalasHapusKebetulan aku ada di Tangerang, dan dulunya RS Sintanala Tangerang adalah satu satunya rumah sakit untuk penderita kusta
BalasHapusYaaa jujur aja mbak Uniek,
Keterbatasan fisik akibat penyakit berat OYPMK - itu yang menyebabkan mereka tak diterima di masyarakat, ditambah stigma bahwa kusta itu kan menular ya...
Jika dihadapkan pada pilihan itu, kurasa aku memilih untuk berdonasi
atau jika ada rejeki lebih, akan dipekerjakan sebagai tukang kebun dll yang tidak bersentuhan fisik
Saya sudah kenal istilah penyakit kusta sejak anak-anak, yakni di Sekolah Minggu. Soalnya kalau di Bible ada bbrp kisah ttg penderita kusta (yg saat itu dianggap najis secara religius shg menjadi warga kelas dua). Sedihnya sampai skrg mayoritas penderita kusta atau mantan penderita jg msh jd warga kelas dua dg alasan yg berbeda.
BalasHapusBersyukur ada pihak2 yg concern dengan masalah ini ya. Saya sendiri jarang atau mungkin malah belum pernah ketemu penderita kusta yg selain bekerja sebagai pengemis. Nah ini fakta nyata dr kondisi miris itu ya mbak..
Apalagi kalau di desa yang masih banyak masyarakat dengan literasi rendah. Tahunya memang kusta itu penyakit kutukan. Meski jumlahnya sudah berkurang karena sudah banyak juga dibuka sekolah perawat ya jadi banyak bidan masuk desa. Informasi juga sudah mudah diakses oleh masyarakat. Namun, menghilangkan stigma negatif masyarakat tentang kusta ini yang tidak mudah.
BalasHapusTapi pasti bisa, contohnya dengan mbak uniek membagikan infonya di blog kayak gini dan saya share ke grup fb di desa saya ^_^
Salu banget sama Mbak Zukirah Ilmiana, pemilik PT Anugrah Frozen Food yang bersedia menerima OYPMKsebagai tenaga kerja di perusahaannya. Contoh baik pengusaha yang memberikan kesempatan bagi penyandang kusta.
BalasHapusSemoga ke depan mereka diterima seperti yang lainnya di dunia kerja dan terhindar dari stigma buruk
barokallah ya mba Uniek ada kesempatan magang dan pembekalan begini, aku kalo secara langsung belum pernah liat orang kusta kalo diberita sama internet pernah mba Uniek. Kasihan ya kalau kena ejekan begini, mereka kan juga nggak minta kena kusta. Semoga keluarga kita selalu dilindungi kesehatannya aamiin
BalasHapusSalut untuk Ibu Zukirah Ilmiana yang memberikan kesempatan bagi orang yang pernah menderita kusta untuk bekerja di perusahaannya. Semoga diikuti juga oleh pemilik usaha lainnya ya, sehingga peluang OYPMK untuk mendapatkan pekerjaan juga semakin banyak.
BalasHapusPelatihan kerja seperti ini sangat dibutuhkan oleh OYPMK ya mbak
BalasHapusagar mereka bisa tetap berkarya dan hidup mandiri
Harus diakui stigma dan diskriminasi terhadap Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) masih ada terutama yang disabilitas hingga berujung sulitnya mereka mendapat kesempatan kerja. Semoga semakin banyak owner perusahaan seperti Mbak Zukirah ya mbak...yang mau menerima pekerja OYPMK tanpa terganggu stigma dan perlakukan diskriminasi masyarakat disekitar lingkungan perusahaan tersebut, pasti sulit juga.
BalasHapusIndonesia masih menduduki peringkat ketiga di dunia untuk kasus terbanyak kusta memang masih menjadi tantangan tersendiri bagi kita ya .. tapi tentunya OYPMK harus mendapatkan kesempatan yang sama seperti warga negara lain dalam hal kesempatan kerja. Semoga dengan adanya edukasi seperti ini jadi lebih besar kesadaran dunia usaha dan masyarakat kita untuk menerima OYPMK.
BalasHapusprinsip inklusivitas seperti ini memang penting ya mba Un. Kita harus tau dan paham mengenai penyakit ini supaya tidak terjebak dalam stigma berkepanjangan yang merugikan para penderitanya.
BalasHapusHarus diakui memang masih sering kita temui perlakuan khusus terhadap penderita kusta. Klao baca soal kusta ini, aku sering ingat sama Mahatma Gadhi
BalasHapusTerus terang aku tumbuh dicekoki utk gak deket2 penderita kusta. Masih inget tu dulu deket puskesmas deket rumahku ada baliho gede2 yang menunjukkan gambar penderita kusta gtu. Namanya anak2 hal kyk gtu terpatri terus di ingatanku. Pas udah gede baru banyak mencari tahu hehe.
BalasHapusTernyata bisa benar2 sembuh ya mbak?
Bagus ya zaman skrng ada edukasi ttg penyintas2 kusta dan makin banyak yg punya usaha yang jg meberikan kesempatan kerja kepada penderita kusta.
Jangan sampai kita menjadi salah satu dari golongan yang suka mendiskriminasi kaum disabilitas, termasuk penyandang kusta. Mereka butuh dukungan bukan bulian. Dan MasyaAllah banget bisa ngadain pelatihan seperti ini dan bisa berguna untuk mereka untuk mendapatkan kesempatan yang sama seperti orang pada umumnya.
BalasHapusSemoga stigma masyarakat tentang kusta ini bisa segera teratasi ya.. Jadi orang yang pernah mengalami kusta juga lebih leluasa beraktivitas dan bekerja..
BalasHapusHaduuh, mau nangis rasanya kalau melihat dikucilkan karena pernah menderita kusta.
BalasHapusBagaimana perasaannya?
pastilah hancur dan pahit.
Semoga melalui artikel ini, banyak orang terbuka pandangannya dan menjadi lebih baik memberlakukan OYPMK.
Ah iya bener, aku juga baca tentang penderita kusta in jadi inget Lady Diana. Saat itu dia berani salaman, sedangkan masyarakat kitanya aja pada takut dengan penderita kusta. Sampai sekarang ternyata masih ada ya stigma seperti itu. Semoga ya ke depannya, dengan semkin banyak sosialisasi, stigma tersebut bisa hilang. Dan ya, kesempatan kerja untuk penyandang kusta juga semakin banyak.
BalasHapusKarena saya nggak pernah ketemu sama OYPMK jadi kurang tau betul bagaimana penderita. Namun ketia membayangkan harus sendiri dan dikucilkan padhal sudah sembuh, kok rasanya sedih ya, banget. Kalau ditanya soal pekerjaan seperti ini, ya jawabannya pake internet, jadi yutuber hmmm.. dasar aku blogger >,<.
BalasHapusDeskriminasi dalam berbagai hal memang perlu dihilangkan. Tidak hanya pada OYPMK, tapi juga pada saudara-saudara kita yang kebetulan dianugerahi takdir 'istimewa' dan seringkali dipandang sebelah mata. Smg perusahaan-perusahaan maupun umkm yang membuka diri pada OYPMK usahanya semakin lancar dan berkah.
BalasHapusAku baru tahu ternyata banyak masih ya penderita kusta huhuhu
BalasHapusKirain sudah ga ada yang bakal kena beginian lagi :((
Tapi survive banyak juga yang berhasil dan sembuh speerti orang lain biasa ya mba. Semoga banyak yang terketuk memperkejakan