Banyak orang sibuk berangkat upacara di tanggal 17 Agustus ini. Kemeriahan pelaksanaan upacara bendera di berbagai tempat tampak nyata. Apalagi di Istana Negara, terlihat luar biasa gegap gempita dengan warna-warni baju adat daerah yang dikenakan oleh para undangan yang hadir untuk mengikuti upacara bendera dalam rangka perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke78.
Hari kemerdekaan menjadi salah satu hari yang penting bagi tiap negara, termasuk Indonesia. Suasana meriah menjelang perayaan hari tersebut sudah tampak jauh-jauh hari. Berbagai lomba dihelat oleh banyak pihak. Jangan diragukan lagi, di kawasan tempat tinggal, warga RT, RW, kelurahan hingga level di atasnya pun mengikuti beraneka ragam perlombaan.
Salah satu ciri khas tempat tinggal yang masih berupa perkampungan atau desa, setiap malam menjelang tanggal 17 Agustus, dilakukan malam tirakatan untuk mengenang jasa-jasa pahlawan yang telah berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan negara. Yang paling ditunggu-tunggu dari malam tirakatan ini tentu saja adalah... makan-makan. Yang juga nungguin makan-makan hayooo sini cung jari tinggi-tinggi. 😁
Begitu juga yang kualami di wilayah tempat tinggalku. Para warga RT bersuka ria menyiapkan segala sesuatu terkait pelaksanaan malam tirakatan ini. Ada yang menyiapkan hidangan makan besar, menyumbang aneka jajanan, menyiapkan teh dan kopi panas, menggelar tikar, menata perangkat suara, dan masih banyak lainnya.
Setelah beberapa tahun tidak ada malam tirakatan (saat pandemi), seluruh warga RT kami menyambut dengan gembira pelaksanaan kegiatan ini. Bahkan ada yang berinisiatif menyiapkan permainan untuk para bapak dan ibu yang hadir nanti. Permainan ringan saja karena dilakukan sembari lesehan. Yang penting gembira dan seru.
Namun ada sesuatu yang kurang bagiku dalam perayaan itu. Sesuatu yang membuatku rindu berkat kenangan istimewa di dalamnya.
Memori Perayaan 17 Agustus Paling Istimewa
Sejak kecil aku tinggal di wilayah kampung yang hingga saat ini kutempati. Termasuk penghuni senior dong kalau gitu yaaa hehehe... Sudah pernah sih beberapa kali pindah tempat tinggal saat bekerja dulu. Namun akhirnya sejak tahun 2009 aku resmi kembali lagi ke rumah masa kecilku ini untuk menemani ibu yang memang sudah tinggal sendirian.
Mengingat perayaan istimewa di tanggal 17 Agustus, ingatanku melayang pada masa kecilku dulu. Salah satu saat istimewa dalam malam tirakatan di RT kami adalah adanya orasi tentang perjuangan para pahlawan di jaman kemerdekaan dulu.
Siapa dong yang bisa berorasi seperti itu? Pasti udah termasuk sepuh ya karena bisa menceritakan jaman perjuangan dulu.
Tak lain dan tak bukan adalah mendiang bapakku. Beliau termasuk sesepuh di kampung kami karena dulu pada tahun 1970an menjadi salah seorang yang ikut 'babat alas' atau membuka lahan perkampungan ini. Semula lahan di daerah kami ini masih berupa ladang-ladang tak berpenghuni. Baru segelintir orang yang menempati wilayah tersebut.
Setiap malam tirakatan, alm. bapak didaulat untuk memberikan pidato. Kebetulan bapak memang piawai dalam hal ini. Pekerjaan sehari-hari sebagai dosen membuat bapak menjadi orang yang mudah menyampaikan pendapat dan pemikiran secara spontan.
Masih teringat sampai sekarang, betapa antusias para tetangga dalam mendengarkan pidato yang disampaikan oleh bapak secara menggebu-gebu. Beneran tuh. Suara beliau sangat keras dan tegas, sudah kayak Bung Karno dan Bung Tomo aja saat pidato hehehee...
Pekik merdeka... merdeka... merdekaaa... selalu menjadi penghujung pidato yang ditunggu-tunggu. Aahh... kenangan ini membuatku jadi rindu pada beliau. Al Fatihah...
Iya, Pak... sejak Bapak berpulang di tahun 1996, tak ada lagi orasi kemerdekaan sedahsyat yang Bapak lakukan. Semua warga sangat merindukan semangat berkobar-kobar dalam pidato yang Bapak sampaikan. Bahkan beberapa orang yang menggantikan tugasmu secara terus terang mengakui tidak sanggup melakukan pidato yang berapi-api seperti yang Bapak lakukan.
Tak heran jika warga RT yang sudah sejak lama tinggal di kampung ini dan pernah melihat bapak berpidato, selalu bilang kangen pada bapak. Insya Allah apa yang pernah bapak sampaikan bisa menginspirasi mereka. Semoga semangat perjuangan yang pernah dititipkan bapak pada orasi-orasinya bisa menjadi penyemangat para warga, dalam skala kecil maupun besar, untuk menyumbangkan karya dan manfaat bagi negara.
Kalau kalian punya kenangan perayaan 17-an apa nih, teman? Boleh dong ceritakan di kolom komentar ya, terima kasih...
Mulia banget, Kak mendiang Bapaknya. Semoga yang pernah disampaikan bermanfaat ya
BalasHapusKalau di tempat saya waktu tirakatan itu ada tumpengnya gitu, Kak. Kalau acaranya juga hampir sama sih hihi
BalasHapusDi tempat saya sudah ngadain lomba untuk anak-anak gitu, Kak hihi
BalasHapusMalam tirakatan memang menjadi salah satu malam yang kita tujukan kepada para pahlawan ya. Tentunya untuk mengenang jasa-jasanya
BalasHapusKalau di tempat saya ada acara jalan sehat sama lomba-lomba, Kak hihi
BalasHapusSemangat Bapak saat ini Mbak Uniek yang meneruskan ya ...
BalasHapusSemoga Bapak melihat dengan tenang dan damai kondisi negara kita saat ini. Alfatihah untuk almarhum Bapak
Selalu seru sebenernya perayaan lomba HUT RI. Hanya aja yang jaman daku gede sekarang gak ada lagi pawai. Beda dengan pas daku kecil suka ada pawai dan daku suka ngikut hehe
BalasHapusJadi momen yang paling tertancap kuat adalah pidato bapak rahimahullah ya, kak Uniek..
BalasHapusRasanya setiap 17 Agustus, aku rindu kampung halamanku, meski di lingkunganku juga ada perayaan yang sama meriahnya. Tapi efek bahasa Ibu yang digunakan berbeda tuh rasanya akunya kurang all out gitu.. hihihi~
Bapaknya Kak Uniek kerennya. Kalo dulu pas masi kecil, sepertinya 17-an lebih seru ya. Entahlah mungkin hanya perasaanku. Rasanya beda sama sekarang. Atau mungkin karena aku kan sekarang di perantauan, jadi berasa bedanya
BalasHapusLuar Biasa sang Bapak! Bisa menularkan semangat 17'an yang masih dikenang bahkan beliau sudah tiada. Semoga nular ke cucu-cucunya ya mbak... Orasi yang dinanti-nantikan ^^
BalasHapusDi kampung saya juga malam 17 itu ada semacam syukuran dengan istilah istigosah, membacakan solawat dan doa bahwasanya kemerdekaan ini semoga dilimpahkan berkah dan manfaat. Sekaligus mendoakan para pejuang supaya mendapatkan tempat terbaik atas perjuangannya dalam mempertaruhkan nyawa demi merebut kemerdekaan
BalasHapusDi sini juga sama masih ada tirakatan nih, biasanya siangnya masak-masak dulu nih ibu-ibunya. Seru pasti ya dengar cerita bapak makanya pada antusias gitu. Tetangga2 pada kangen juga sama pidatonya sampai skr berarti membekas banget ya
BalasHapusWah, ternyata kehadiran alm bapak mbak Uniek di hati masyarakat sangat membekas dan tak pernah pudar ya. Apalagi semangat beliau sangat membara terutama dalam pidatonya dalam acara 17 Agustus-an. AKu sih ga ikutan lomba apa2 berhubung sedang sakit :(
BalasHapusal fatihah utk almarhum Bapak Mba Unik. Pantes banget jadi memori yang gaka akn terlupa dan sangat berkesan sih mba. Pastinya pidato2nya bahkan masih menginspirasi hingga sekarang.
BalasHapusSemoga Bapak rahimahullah dilapangkan kuburnya.
BalasHapusAamiin~
Selalu orangtua yang menjadi panutan anak-anak muda.
Dan semangatnya yang membara ini tak pernah luntur dari ingatan.
Masyaallah, kenangan yg begitu mengharukan ya mbak, segala bentuk kebaikan memang akan terus dikenang. Semoga nanti akan ada penerus2 yg berhasil menghidupkan lagi pidato2 bapak dengan berapi-api ya mbak
BalasHapusPerayaan kemerdekaan nih selalu menyenangkan dan meninggalkan cerita tersendiri ya mbak. Walau bapak sudah tiada tapi namanya tetap harus dan selalu membekas bagi warga.
BalasHapusKenangan tentang bapak yang pasti nggak akan terlupakan ya Mba. Bagus nih ada malam tiraktan buat mengenang jasa pahlawan. Di tempat saya biasanya sih ada perlombaan, carnaval, jalan santai ketika merayakan hari kemerdekaan
BalasHapusPara sesepuh kita selalu bersemangat dan bergelora dalam memperingati HUT RI, seperti halnya almarhum bapak dari Mba Uniek. Beliau luar biasa. Bukan hanya dirindukan keluarganya, melainkan orang-orang yang ada di kampung halamannya.
BalasHapusSemoga gneerasi muda sekarang bisa msncontoh semangst kemerdekaan seperti mendiang bapak Mba uniek ini.
Pidato malam tirakatan yang paling mengesankan saat masih ada almarhum bapak ya mba. Pengalaman menjadi dosen dan sikap cinta negara, yang menjadikan pidatonya berkesan di ingatan tetangga beliau. Al Fatihah untuk almarhum bapak, semoga menjadi amal kebaikan beliau
BalasHapusDi kampungku tirakatan itu baru beberapa tahun ini dijalankan. Gak tahu deh tahun-tahun yang lama, lupa. Pasti memorable ya pidato-pidato Bapaknya Mbak Uniek. Orang-orang sampai ingat gitu
BalasHapusMalam tirakan rutin digelar tanggal 16 agustus
BalasHapusAcaranya seru, bisa menambah keakraban antar tertangga
Masya Allah.. super banget buat bapaknya.. Al Fatihah buat beliau.. semoga penerus beliau pun punya semangat yg gak kalah besar lagi..
BalasHapusOwalah mbak Uniek suka sama orasi saat malam tirakatan, kalau aku suka bagian makan2nya alias nungguin tumpeng dan urap2annya :D .
BalasHapusTernyata orasi tak sekadar orasi karena pidato bapake dewe ya mbak :D
Trus kalau sekarang yang meneruskan kebiasaan utk berpidato saat malam tirakatan siapa mbak?
Al fatihah untuk Bapak.
BalasHapusHayo mbak, dicoba belajar pidato, supaya ada yang meneruskan semangat Bapak pidato yang menginspirasi dan berapi-api.
Yang selalu dirindukan dari bulan agustus adalah perayaan hari kemerdekaan ya mbk. Tirakatan ini jadi momen yang ditunggu tunggu, banyak lomba, kumpul sama RT plus makan nasi tumpeng kalo di daerahku
BalasHapusYa Allah mbak, al fatihah untuk almarhum bapak ya. Jasanya terkenang sekali seantero kampung. Salut euy. Perayaan kemerdekaan jadi sedikit berbeda tanpa beliau
BalasHapusmenjadi inspirasi bagi masyarakat hingga selalu terkenang bagaimana alm bapak menyampaikan pidato yang sangat penuh semangat.
BalasHapusMerdekaaaaa... sosok Bapak memang luar biasa dan meninggalkan banyak kenangan baik yaa Mba Un. Aaah jadi ingat papaku jugaa
BalasHapusKenangan yang indah yang sangat membekas ya mbak Uniek dengan almarhum bapak. Kalau aku kenangan 17 an itu kenangan masa kecil liat karnaval 17 an di Alun-alun Magelang dengan pawai para anak -anak Taruna Nusantara dan Akabri. Trus pawainya meriah sekali. Berbekas meski sekarang dah tua. Karnaval adalah sesuatu yg selalu ditunggu-tunggu
BalasHapus